SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Leptospirosis yang dipicu melalui air kencing tikus tak bisa dianggap remeh. Pasalnya, selain menjadi hama bagi tanaman, binatang bernama tikus ini bisa mengakibatkan kematian melalui penyakit tersebut.
Fakta menunjukkan, pada pertengahan bulan Maret 2024, penyakit leptospirosis telah menjangkiti delapan orang di Sleman, sementara tiga orang lainnya suspek.
Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, bahkan di awal tahun ini, satu orang juga dilaporkan meninggal dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh bakteri leptospira tersebut.
“Data leptospirosis di Sleman hingga pekan ke-11 tahun 2024 ada delapan kasus, tiga suspek, dan satu meninggal dunia,” terang Kepala Dinas Kesehatan Sleman, dr. Cahya Purnama, tempo hari.
Temuan delapan kasus leptospirosis tersebut dengan rincian dua kasus terjadi di bulan Januari, empat kasus di bulan Februari dan dua kasus lainnya di bulan Maret.
Untuk sebaran kasusnya di Kapanewon Moyudan, Gamping, Tempel, dan Pakem masing-masing satu kasus.
Kemudian di Cangkringan dan Prambanan masing-masing dua kasus. Tiga pasien suspek terjadi di Moyudan (2 kasus) dan di Seyegan (1 kasus). Sedangkan satu kasus meninggal dunia terjadi di Prambanan, pada bulan Februari.
Untuk mengantisipasi kasus leptospirosis ini, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sleman, dr. Khamidah Yuliati mengimbau masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan, agar tikus tidak datang.
Sebab air kencing tikus merupakan media berkembangbiaknya kuman leptospira penyebab penyakit leptospirosis.
Kemudian bagi profesi petani, pembudidaya ikan maupun pekebun disarankan untuk menggunakan alat pelindung diri seperti sepatu boot atau sarung tangan saat bekerja.
“Jika ada luka, tutuplah luka dengan rapat, menggunakan bahan yang tahan air agar tidak menjadi tempat masuknya kuman leptospira,” katanya.
