SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM – Seorang warga Sleman berusia 72 tahun meninggal, terhitung usai mengonsumsi daging brandu (disembelih setelah ternak mati).
Diketahui, ternak yang nyaris mati dan dikonsumsi oleh warga tersebut berasal dari Kalinongko Kidul, Gayamharjo, Prambanan.
Menurut catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Sleman, korban meninggal dengan keluhan sakit asam lambung dan belum ada bukti konfirmasi dari pemeriksaan laboratorium yang menyebutkan meninggal terjangkit antraks.
“Jadi belum ada bukti konfirmasi yang bersangkutan dengan antraks,” kata Kepala Dinkes Sleman, dr. Cahya Purnama, Rabu (13/3/2024).
Menurut Cahya, satu warga Kalinongko kidul yang meninggal dunia terjadi pada 22 Februari dan belum bisa disimpulkan terjangkit antraks.
Sebab, hingga kini belum ada pemeriksaan laboratorium penunjangnya dan tidak ada surat kewaspadaan dini rumah sakit (KDRS).
Informasi dari masyarakat menyebutkan, yang bersangkutan justru meninggal dunia karena sakit asam lambung.
Meskipun, yang bersangkutan sebelum meninggal dunia memang sempat ikut mengonsumsi daging brandu.
“Yang bersangkutan ikut makan tapi belum diambil sampelnya sudah dikubur,” kata Cahya.
Menurutnya, Dinkes Sleman mendapatkan ternak mati mendadak di Kalinongko kidul, Gayamharjo pada 7 Maret 2024 dan langsung ditindaklanjuti dengan melakukan pengobatan awal maupun pengambilan sampel serum terhadap 26 orang.
Termasuk pengambilan 1 sampel swab kulit. Sampel yang telah diambil tersebut langsung dikirim ke laboratorium untuk pengujian.
“Hasilnya hingga saat ini belum keluar,” katanya.
Meski, kepastian penyakit antraks di Kalinongko Kidul masih menunggu hasil laboratorium namun Dinas Kesehatan Sleman telah melakukan langkah pencegahan.
Di antaranya dengan mengeluarkan Surat Edaran (SE) tentang kewaspadaan penyakit antraks ke seluruh fasilitas kesehatan (faskes) di bumi Sembada.
Edaran tersebut dikeluarkan sebagai upaya pencegahan agar lebih waspada saat menerima pasien dengan gejala mirip antraks.
Diketahui, jumlah kasus ternak mati mendadak di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, semula dilaporkan ada 7 ekor kini berdasarkan laporan Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (DP3) Sleman jumlah ternak mati bertambah menjadi 9 ekor.
Rinciannya 8 ekor kambing dan 1 sapi. Jumlah tersebut milik dua peternak.
Ternak yang mati mendadak tersebut ada yang dikubur dan ada pula yang sekarat dibrandu atau disembelih gotong royong dan dagingnya dibagi-bagikan kepada masyarakat.
Selain itu, ada pula kambing mati yang dibuang ke aliran sungai Kalinongko Kidul.
Aliran sungai tersebut menuju wilayah Klaten dan Bengawan Solo.
Kepala DP3 Sleman, Ir Suparmono, mengatakan, untuk penanganan kasus ini pihaknya bekerjasama dengan Dinas Peternakan dan kesehatan hewan Gunungkidul dan juga Dinas Peternakan Kabupaten Klaten.
Mengingat, wilayah Kalinongko kidul tersebut berbatasan dekat dengan tiga Kabupaten.
“Kita sudah berkoordinasi dengan dinas peternakan kabupaten klaten,” ujar Suparmono.