YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di era digital belakangan ini, orang semakin “dimanjakan” di berbagai lini, termasuk di lini kepenulisan. Untuk mencari sumber tulisan sebagai pendukung, kini tak perlu capai-capai mondar-mandir ke perpustakaan untuk membolak-balik puluhan buku atau dokumen-dokumen lainnya.
Pasalnya, cukup dengan meng-klik kata kunci yang kita butuhkan, dalam hitungan detik ratusan data, fakta maupun informasi yang dibutuhkan sudah terhidang di layar laptop.
Di samping kemudahan yang diperoleh melalui internet, tidak jarang seorang terjebak dan tergelincir ke dalam praktik copy paste alias copas, atau yang lebih parah lagi, terjerumus dalam praktik plagiasi atau menjiplak karya orang lain.
Hal itu terungkap dalam Bimbingan Teknis (Bimtek) penggunaan e-book, mendeley, dan turnitin untuk dosen di Insitut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Selasa (4/6/2024). Hadir sebagai narasumber Senior Profesional & Education Service Consultant, Turnitin Indonesia, Muhammad David Lung dan Pustakawan Muda UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta), Iyut Nur Cahyadi.
Dalam acara yang digelar secara daring itu, Muhammad David Lung mengatakan, menulis sebenarnya merupakan sebuah skill atau keterampilan yang dapat dilakukan oleh setiap orang. Agar keterampilan itu memiliki kualitas maka seseorang perlu memperbanyak latihan.
Ia mengatakan, seseorang perlu rajin membaca referensi agar tulisan yang dihasilkan memiliki gaya tersendiri, yang dapat membedakan dengan tulisan orang lain. Keterampilan tersebut perlu diasah, selain untuk meningkatkan kualitas tulisannya juga untuk menghindari praktik plagiat atau menjiplak karya tulis orang lain.
Lebih lanjut David Lung memaparkan, turnitin sebagai teknologi pendeteksi plagiat harus dipahami sebagai alat bantu apakah karya tulis yang dibuat terdapat pelanggaran atau tidak. Teknologi hanyalah alat. Tetap dibutuhkan integritas penulis untuk menyampaikan bahwa tulisan yang dihasilkan benar-benar mengandung ide asli (orisionalitas).
“Teknologi (turnitin) itu kita berlakukan sebagai alat yang dapat kita (mahasiswa, dosen) gunakan untuk medeteksi kemiripan. Lewat teknologi itu akan diketahui tentang sejauh mana skill kita dalam menulis atau ada kesengajaan atau tidak jika tulisan kita mirip dengan karya orang lain. Semua tetap berpulang pada integritas. Kalau tulisan kita banyak mengutip (mensitasi) tulisan orang lain ya harus jujur kita sampaikan di tulisan kita, “ucapnya, sebagaimana dikutip pustakawan ISI, Fl Agung Hartono dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
David berharap, melalui kemampuan cek plagiarisme, civitas akademika dapat meningkatkan kualitas karya tulis ilmiah dan meminimalisir adanya plagiasi, sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam mengutip atau mensitasi karya orang lain.
Sementara itu , Iyut Nur Cahyadi memaparkan secara teknis penggunaan e-book dan Mendeley. Dengan Mendeley, pengguna dapat mengumpulkan, mengorganisir, dan berbagi referensi dan dokumen akademik dengan lebih efisien, sehingga dapat menghemat waktu dan mengurangi kesalahan kutipan. Selain itu juga dapat mengelola dokumen referensi serta dapat pula membantu penulis mengetahui perkembangan riset saat ini. Suhamdani