Beranda Daerah Wonogiri Daftar Ritual Jawa Menyambut Bulan Suro dari Sesirih hingga Larung Sesaji

Daftar Ritual Jawa Menyambut Bulan Suro dari Sesirih hingga Larung Sesaji

Prosesi Larung Agung di Pantai Sembukan Paranggupito Wonogiri. Foto : Dok. Panitia

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM โ€“ Bulan Suro, yang bertepatan dengan bulan Muharram dalam penanggalan Islam, merupakan momen istimewa bagi masyarakat Jawa.

Diwarnai dengan berbagai tradisi dan ritual unik, bulan ini sarat makna spiritual dan budaya.

Berikut beberapa jenis ritual Jawa yang biasa dilakukan untuk menyambut bulan Suro:

1. Jamasan Pusaka

Ritual ini merupakan tradisi membersihkan dan merawat benda-benda pusaka, seperti keris, tombak, dan wayang kulit.

Dipercaya bahwa benda pusaka memiliki kekuatan magis dan spiritual, dan ritual ini bertujuan untuk memperkuat kekuatan tersebut serta mendatangkan berkah bagi pemiliknya. Jamasan pusaka biasanya dilakukan di keraton-keraton Jawa, namun juga dapat dilakukan oleh masyarakat umum.

2. Kirab Kebo Bule

Tradisi ini identik dengan Keraton Yogyakarta dan Surakarta. Kerbau bule, yaitu kerbau putih yang dikeramatkan, diarak keliling kota sebagai simbol tolak bala dan penolak sial. Masyarakat berebut untuk menyentuh kerbau bule, karena dipercaya membawa berkah dan kesembuhan.

3. Ruwatan

Ritual ini bertujuan untuk membersihkan diri dari kesialan dan pengaruh negatif. Biasanya dilakukan dengan mandi menggunakan air yang dicampur dengan berbagai bahan alami seperti bunga, daun, dan rempah-rempah. Ruwatan juga dapat dilakukan dengan cara doa bersama, meditasi, atau tapabrata.

4. Sesirih

Tradisi ini merupakan bentuk prihatin diri dengan cara berpantang makan atau minum tertentu selama beberapa hari.

Baca Juga :  Pasca Lebaran 2025, Ini Daftar Ide Bisnis Modal Kecil Dijamin Untung di Wilayah Eks Karesidenan Surakarta

Jenis sesirih yang umum dilakukan adalah puasa patigeni (tidak menyalakan api/tidak memasak), puasa mutih (makan makanan berwarna putih), dan puasa ngrowot (makan jenis umbi umbian). Sesirih dipercaya dapat membantu menenangkan pikiran, membersihkan diri dari dosa, dan meningkatkan kedekatan dengan Tuhan.

5. Tapabrata

Ritual ini merupakan cara untuk meningkatkan spiritualitas diri melalui meditasi, kontemplasi, dan pengendalian diri. Tapabrata biasanya dilakukan di tempat-tempat yang dianggap suci, seperti gunung, pantai, atau gua.

Jenis tapabrata yang umum dilakukan adalah ngepam (berdiam diri di gua), ngebleng (berendam di air), dan tapa ngeluwuh (tidak memakai pakaian).

6. Larung Sesaji dan Sedekah Bumi

Ritual ini dilakukan dengan melarung berbagai sesaji ke laut atau sungai. Sesaji yang dilarung biasanya berupa hasil bumi, makanan, dan bunga.

Sedangkan sedekah bumi dilakukan dengan menempatkan sesaji dengan cara tidak diletakkan di gua, hutan, dan sejenisnya.

Larung sesaji dan sedekah bumi bertujuan untuk tolak bala, memohon keselamatan, dan mengungkapkan rasa syukur kepada Tuhan.

7. Grebeg Suro

Tradisi ini merupakan bentuk syukuran atas panen raya dan doa untuk keselamatan desa. Biasanya dilakukan dengan menggelar pertunjukan wayang kulit, kenduri, dan berbagai perlombaan. Grebeg Suro menjadi momen keakraban dan kebersamaan bagi masyarakat desa.

Baca Juga :  Penanggalan Jawa April 2025, Lengkap dengan Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama

Perlu diingat bahwa jenis-jenis ritual ini dapat berbeda-beda di setiap daerah di Jawa. Tradisi-tradisi ini merupakan warisan budaya yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Jawa, dan memiliki makna dan nilai spiritual yang mendalam bagi pelakunya.

Meskipun terdapat unsur magis dan spiritual dalam beberapa ritual, penting untuk memahami bahwa esensi dari ritual-ritual ini adalah untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, membersihkan diri dari dosa dan kesialan, serta memohon keselamatan dan keberkahan.

Bulan Suro menjadi momen istimewa bagi masyarakat Jawa untuk melakukan refleksi diri, introspeksi, dan memperkuat nilai-nilai spiritual. Aris Arianto