WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Bupati Jekek menegaskan, para mahasiswa penerima beasiswa prestasi di Wonogiri belum terlihat kontribusi nyatanya untuk masyarakat.
Intelektual para mahasiswa tersebut menurut Bupati Jekek belum dishare ke lingkungan. Belum ada impak yang terasa yang bisa dirasakan langsung publik kabupaten Jateng tenggara.
“(Mahasiswa penerima beasiswa prestasi) Tidak terlihat turun ke bawah misalnya membagikan ilmu yang mereka dapatkan,” tandas Bupati Wonogiri Joko Sutopo alias Bupati Jekek, baru baru ini.
Padahal semestinya para mahasiswa bisa menularkan ilmunya ke masyarakat sesuai bidang masing-masing. Ini sesuai roh pemberian beasiswa sebagai penunjang membantu meningkatkan kualitas sosial warga Wonogiri.
“Contohnya yang memiliki ilmu pertanian, dishare ke masyarakat cara pengolahan yang baik. Kemudian membagikan ilmu kesehatan soal pemberian gizi baik pada anak dan sebagainya. Selama ini impaknya belum terasa. Semestinya itu direplikasi ke masyarakat sebagai upaya membangun kualitas sosial,” tegas Bupati Jekek.
Pria berperawakan tinggi besar itu menerangkan sebenarnya sangat mudah bagi mahasiswa penerima beasiswa prestasi itu menularkan ilmunya. Mereka cukup meluangkan waktu saat akhir pekan atau libur semester untuk menularkan ilmu kepada masyarakat.
Bupati Jekek sempat mengatakan kepada apar mahasiswa akan menyetop program tersebut. Hal itu sebagai shock therapy kepada mahasiswa penerima beasiswa prestasi.
Namun demikian pihaknya tetap akan melanjutkan program pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi tersebut. Pasalnya sudah menjadi komitmen sejak awal
Program pemberian beasiswa kepada mahasiswa berprestasi berjalan sejak 2016. Per mahasiswa menerima bantuan beasiswa sebesar Rp 12 juta setiap tahunnya.
Sejumlah warga Wonogiri yang dijumpai mengaku belum mendapatkan manfaat secara langsung dari keberadaan mahasiswa penerima beasiswa prestasi. Padahal ilmu para mahasiswa itu sangat dinanti-nanti masyarakat.
“Mereka sudah jelas orang pintar, dan saya harapkan kepintaran mereka ditularkan ke kami-kami ini. Misalnya ilmu tentang pemilihan bibit padi yang baik. Jangan seperti selama ini, pinter dipek dewe (hanya untuk dirinya sendiri),” sebut Maryanto.
Senada, Sarsini mengatakan, selama ini para mahasiswa lebih banyak fokus di ranah administratif. Belum menyebut ke bagian bagian adaptif.
“Memang ada satu dua mahasiswa yang berinteraksi dan memberikan bimbingan secara langsung, tapi hanya satu dua saja,” kata Sarsini. Aris Arianto