BOYOLALI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Budidaya lele masih prospektif. Sebagai sentra budidaya lele, Boyolali mampu menghasilkan lele hingga 34 ribu ton/tahun dengan peternak sebanyak 2.870 orang.
Hanya saja, perdagangan komoditas ini sulit berkembang, karena berbagai hambatan. Salah satunya, harga yang tak kunjung meningkat sementara pakan semakin mahal. Dampaknya, keuntungan peternak lele semakin menyusut.
Menurut Kabid Perikanan, Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, Nurul Nugroho, minimnya keuntungan itu tak lepas dari jerat pakan pabrikan. Biasanya banyak peternak ikan lele yang memberi pakan pabrikan karena dianggap praktis dan memiliki kandungan protein tinggi.
Tapi harga pakan pabrikan yang kian melesat tinggi membuat keuntungan dari budidaya ikan lele juga makin sedikit. Kondisi itu tak bisa dibiarkan terus menerus. “Pemerintah harus hadir, untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan,” katanya.
Sehingga pihaknya berupaya mengurangi ketergantungan pakan pabrikan dengan pakan mandiri. Diantaranya, dengan cara mendorong para pembudidaya menciptakan pakan alternatif sebagai pengganti pakan pabrikan.
“Untuk mendukung budidaya perikanan yang lebih maju dan mandiri, kami gencarkan inovasi Dik Gerpari atau Budidaya ikan dengan gerakan pakan mandiri.”
Dijelaskan, terobosan ini mengedepankan penggunaan bahan limbah rumah tangga organik untuk memproduksi Maggot. Penggunaan maggot sebagai pengganti pelet inipun sudah banyak diteliti dan hasilnya fektif.
Pembudidaya bisa menghemat hingga 30 persen dari biaya produksi untuk pakan. Kalau dengan pakan pabrikan. Biaya produksi perkilogram lele mencapai Rp 17 ribu. Dengan Magot maka perkilogram lele biaya produksinya hanya Rp 14 ribuan .
“Tak hanya mudah dibudidaya, biaya produksi magotnya juga sangat murah bahkan 0 rupiah. Karena memanfaatkan limbah rumah tangga.” Budidaya Magot juga bisa mengurangi produksi sampah. Karena seluruh sampah rumah tangga yang organik bisa digunakan untuk pakan Magot. Untuk itu, pihaknya juga akan membuat demplot budidaya ikan Lele dan Maggot.
“Demplot kita nanti bisa menghasilkan 10 kg Maggot per hari, dengan memanfaatkan 100 kilogram sampah perhari dari lingkungan sekitar.”
Terobosan ini juga melibatkan kerjasama antar stake holder, termasuk Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Akademisi, pegiat komunitas budidaya maggot serta kelompok pembudidaya ikan. Waskita