Beranda Umum Nasional Indonesia Terancam Krisis Pangan, Bisa Menjadi Importer Beras Terbesar di Dunia

Indonesia Terancam Krisis Pangan, Bisa Menjadi Importer Beras Terbesar di Dunia

Bongkar muat beras impor dari Vietnam di dermaga II Pelabuhan Tanjung Tembaga, Kota Probolinggo, Kamis (14/3/2024) | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Ketahanan pangan di Indonesia, ternyata dalam posisi yang “rawan”, memprihatinkan dan perlu penanganan serius. Demikian diungkapkan oleh Asisten Deputi Prasarana dan Sarana Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian, Ismarini.

Ia menjelaskan, hingga saat ini, Indonesia masih berada pada posisi rentan di tengah ancaman krisis iklim dan penurunan produksi beras. Menurutnya, indeks ketahanan pangan Indonesia berada di posisi 63 dari 113 negara pada 2023 dan berkemungkinan akan merosot pada 2024.

Yang menjadi ironi dan kontradiksi, meskipun dikenal sebagai negara agraris dengan populasi besar yang bekerja di sektor pertanian, Indonesia masih bergantung pada impor beras.

“Petani kita masih berada di bawah garis kemiskinan dengan jumlah yang cukup besar,” ujar Ismarini dalam forum diskusi tentang Pangan Berkelanjutan dan Adaptasi Teknologi di Jakarta, Rabu (31/7/2024).

Lebih lanjut Ismarini menjelaskan bahwa negara seperti Jepang, Korea Selatan, Vietnam, dan Thailand berhasil menciptakan ketahanan pangan melalui penerapan bioteknologi. Indonesia harus mencoba langkah ini jika ingin lepas dari ketergantungan impor pangan.

Saat ini, Kemenko Perekonomian mendukung penuh penerapan bioteknologi dalam pertanian.

Baca Juga :  Ekonom: Kabinet Jumbo Prabowo Bakal Telan Rp 777 Miliar per Tahun untuk Gaji dan Tunjangan

“Pada 2019, Kemenko Perekonomian telah menerbitkan peta jalan bagi pangan produk rekayasa genetik (PRG), yang tahun ini kami akan merevisi dengan mengupdate penggunaan teknologi baru, kelembagaan serta regulasi pendukung PRG,” katanya.

Sektor pertanian perlu diperbaiki untuk membawa Indonesia keluar dari jebakan pendapatan menengah. Salah satu caranya adalah dengan penerapan bioteknologi dalam industri perbenihan. “Penerapan bioteknologi adalah langkah yang harus diambil jika kita ingin meningkatkan produksi dan ketahanan pangan nasional,” tambah Ismarini.

Rapuhnya sistem ketahanan pangan Indonesia tampak dari jumlah impor yang terus meningkat. Pada 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras sebanyak 429.000 ton. Setahun kemudian, jumlah impor beras melonjak tujuh kali lipat menjadi 3 juta ton, dan tahun ini diperkirakan mencapai 6 juta ton.

“Kondisi darurat pangan ini terlihat dari peringkat indeks ketahanan pangan kita dan besarnya impor beras yang kita lakukan,” ujar Ismarini.

Direktur lembaga kajian Next Policy, Yusuf Wibisono, menyoroti bahwa jika realisasi impor beras terwujud, Indonesia akan menjadi importir beras terbesar di dunia, mengalahkan Filipina yang rata-rata mengimpor beras sekitar 4 juta ton setiap tahunnya.

Baca Juga :  Tetap Dukung Prabowo di Parlemen, PDIP Tak Tempatkan Kadernya di Kabinet

“Jumlah impor yang mencapai 6 juta ton akan melampaui rekor dalam 25 tahun terakhir,” kata Yusuf.

Dalam rapat pengendalian inflasi dengan Kementerian Dalam Negeri pada Senin (29/7/2024), Perum Bulog menyatakan telah mengimpor 2,5 juta ton beras sepanjang semester pertama 2024. Rencana impor beras periode Mei hingga Desember ditargetkan sebanyak 3,40 juta ton.

Dengan situasi ini, Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dan inovatif untuk memperkuat ketahanan pangan nasional, mengurangi ketergantungan impor, dan mendukung kesejahteraan petani lokal.

www.tempo.co