KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS – Belakangan ini, wisata alam menjadi salah satu destinasi favorit, terutama di kalangan anak muda. Wisata yang tersembunyi dan jarang diketahui banyak orang pun semakin diburu.
Kedung Sriti adalah salah satu wisata alam di Tawangmangu yang belum banyak dikenal. Terletak di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, tempat ini masih terdengar asing bagi sebagian besar masyarakat.
Sunarto, penjaga sekaligus pengelola Kedung Sriti, menyatakan bahwa jalan menuju lokasi tersebut sebenarnya sudah ada sejak lama dan biasa digunakan oleh warga untuk mencari rumput. Lima tahun lalu, warga dan Karang Taruna berinisiatif mengembangkan area ini menjadi destinasi wisata.
“Sebenarnya jalan itu sudah lama ada, digunakan warga untuk mencari rumput. Baru sekitar lima tahun lalu, jalannya mulai diperlebar. Saat pandemi Covid-19, kegiatan sempat terhenti, tetapi setelah pandemi mereda, kami memperbaiki jalannya lagi. Mengingat kunjungan wisata ke Tawangmangu semakin ramai, kami memanfaatkan momentum ini untuk membuka akses ke Kedung Sriti sebagai objek wisata. Pengelolaannya dilakukan oleh warga,” jelas Sunarto pada Kamis (10/8/2024).
Meskipun akses jalan telah diperlebar, Sunarto mengakui masih sering menerima keluhan dari pengunjung, terutama terkait kondisi jalan dan fasilitas. Warga dan Karang Taruna sebenarnya ingin menyediakan fasilitas seperti toilet, mushola, dan warung.
Namun, karena Kedung Sriti berada di wilayah hutan reservasi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) tidak memberikan izin untuk pembangunan permanen. Akibatnya, hanya bangunan semi permanen yang dapat didirikan, yang bisa dibongkar sewaktu-waktu.
Pada awal pembukaan, Kedung Sriti tidak langsung ramai dikunjungi. Sunarto mengungkapkan bahwa di hari-hari pertama, ia kadang hanya menerima satu pengunjung dalam sehari. Kini, jumlah pengunjung Kedung Sriti meningkat signifikan.
“Di awal-awal, pengunjung masih jarang, mungkin hanya ramai saat akhir pekan. Pernah dalam satu hari hanya ada satu pengunjung. Sekarang, pada hari biasa bisa mencapai 10-15 pengunjung, sedangkan akhir pekan bisa mencapai 40-50 pengunjung atau lebih,” ujarnya.
Biaya masuk ke Kedung Sriti tidak memiliki tarif tetap, namun umumnya pengunjung membayar Rp 5.000 per orang dan Rp 5.000 untuk parkir sepeda motor. Jadi, total biaya untuk satu orang dengan sepeda motor hanya Rp 10.000.
Pengelola juga menyediakan fasilitas camping dengan biaya Rp 10.000 – Rp 15.000 per malam untuk kapasitas maksimal lima tenda. Pengunjung yang ingin berkemah perlu melakukan reservasi terlebih dahulu untuk memastikan ketersediaan tempat dan pengelola yang akan berjaga di area parkir, siap membantu jika dibutuhkan.
Sunarto berharap BKSDA dapat mengizinkan pengelolaan yang lebih baik dengan fasilitas yang memadai.
“Harapan kami, BKSDA dapat memberikan izin untuk pengelolaan yang lebih baik, dengan fasilitas yang memadai. Karena fasilitas adalah salah satu faktor utama yang menunjang kenyamanan pengunjung. Ketiadaan toilet, mushola, dan warung seringkali membuat pengunjung kecewa,” tutur Sunarto.
Namun, Sunarto menyadari bahwa Kedung Sriti adalah kawasan hutan reservasi yang harus dijaga keasliannya. Meski begitu, ia berharap Kedung Sriti semakin dikenal luas melalui media sosial dan ramai dikunjungi wisatawan. Syahla Ayu Yasinta