SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Pesatnya perkembangan teknologi saat ini membawa dampak baik dan buruk bersamaan. Di tengah kondisi bertolak belakang tersebut, Keraton Solo mengingatkan arti pentingnya menjaga budaya dan tata krama.
Para tokoh Keraton Mataram Surakarta mengingatkan generasi muda akan pentingnya menjaga dan mempelajari budi pekerti, tata krama, serta sejarah dan budaya. Hal itu dilontarkan demi menyeimbangkan pengaruh media sosial seperti TikTok yang bisa mengalihkan perhatian dari nilai-nilai luhur.
Terkait itu, para sesepuh kerajaan menegaskan generasi penerus harus tetap fokus pada tanggung jawab besar yang mereka emban sebagai pewaris budaya Mataram. Dalam sebuah acara peringatan budaya yang diadakan di Keraton Solo, Gusti Koes Moertiyah Wandansari, seorang putri keraton yang dikenal dengan kepeduliannya terhadap pelestarian budaya, menyampaikan petuah penting kepada generasi muda.
“Budi pekerti adalah cermin dari kepribadian kita, dan tata krama adalah cara kita berinteraksi dengan sesama. Kedua hal ini harus selalu dijaga oleh generasi muda, terutama di era di mana nilai-nilai tersebut sering kali terabaikan karena arus modernisasi dan digitalisasi,” ujarnya, Minggu (25/8/2024).
Gusti Moeng menekankan pentingnya belajar sejarah dan budaya sebagai upaya untuk memahami akar dan identitas diri. Menurutnya, dengan memahami sejarah, generasi muda dapat menghargai perjuangan para leluhur mereka dalam membangun dan mempertahankan kerajaan.
“Sejarah bukan hanya tentang masa lalu, tetapi juga tentang bagaimana kita memahami posisi kita saat ini dan apa yang harus kita lakukan untuk masa depan. Tanpa pengetahuan sejarah, kita seperti pohon tanpa akar,” imbuhnya.
Di sisi lain, kekhawatiran akan pengaruh negatif dari media sosial, khususnya platform seperti TikTok, turut disoroti oleh para tokoh keraton. Meskipun teknologi membawa banyak manfaat, generasi muda harus bijak dalam menggunakannya. Jangan sampai waktu yang seharusnya digunakan untuk belajar budi pekerti dan budaya justru habis untuk hal-hal yang kurang bermanfaat.
“TikTok dan media sosial lainnya bisa menjadi alat yang baik jika digunakan dengan bijak, tetapi jangan sampai kita terjebak dalam arus yang membuat kita melupakan jati diri dan tanggung jawab sebagai penerus budaya Mataram,” beber salah seorang pengamat budaya keraton.
Lebih lanjut, para sesepuh keraton mengingatkan bahwa tantangan eksistensi budaya saat ini sangat nyata. Modernisasi yang begitu cepat sering kali membuat generasi muda lebih tertarik pada hal-hal yang instan dan viral, tanpa mempertimbangkan nilai-nilai luhur yang menjadi warisan nenek moyang.
“Kita harus ingat bahwa kita bukan hanya warga dunia digital, tetapi juga pewaris tradisi dan budaya yang telah dijaga selama berabad-abad. Kita punya tanggung jawab untuk menjaga agar budaya ini tetap hidup dan relevan di masa depan,” tegas Gusti Moeng.
Keraton Mataram Surakarta sendiri telah melakukan berbagai upaya untuk memastikan bahwa generasi muda mendapatkan pendidikan yang baik mengenai budi pekerti, tata krama, serta sejarah dan budaya. Melalui berbagai program pendidikan dan pelatihan, mereka berusaha menanamkan nilai-nilai luhur kepada anak-anak muda agar mereka dapat tumbuh menjadi individu yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga bijak dalam bertindak dan berperilaku.
Di akhir acara, Gusti Moeng memberikan pesan yang mendalam kepada seluruh generasi muda Mataram. “Kalian adalah penerus dari sebuah kerajaan yang besar, bukan hanya dalam hal kekuasaan, tetapi juga dalam hal nilai dan budaya. Jangan sampai kalian terlena oleh gemerlapnya dunia digital dan melupakan tanggung jawab kalian untuk menjaga warisan leluhur. Belajarlah budi pekerti, saling menghormati, dan pelajari sejarah serta budaya kita. Dengan begitu, kalian akan menjadi generasi yang kuat, yang mampu menghadapi tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri,” tukasnya. Prihatsari