Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Panitia Lokal KKNMAs 2024 dan BKKBN Pusat Lakukan Monev Pencegahan Stunting

Panitia Lokal Kuliah Kerja Nyata Muhammadiyah 'Aisyiyah (KKNMAs) Tahun 2024 beserta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan kunjungan monitoring dan evaluasi (monev) terkait pelaksanaan program pencegahan stunting. Ketua Pelaksana Lokal KKNMAs 2024 Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., menyampaikan bahwa pada hari ini, Selasa (13/8/2024) di Posyandu Sido Mulyo 2, Desa Mojosari Bekonang, Sukoharjo, kelompok 54 KKNMAs didatangi oleh BKKBN Pusat. Humas UMS

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Panitia Lokal Kuliah Kerja Nyata Muhammadiyah ‘Aisyiyah (KKNMAs) Tahun 2024 beserta Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) melakukan kunjungan monitoring dan evaluasi (monev) terkait pelaksanaan program pencegahan stunting.

Ketua Pelaksana Lokal KKNMAs 2024 Prof. Dr. Kuswaji Dwi Priyono, M.Si., menyampaikan bahwa pada hari ini, Selasa (13/8/2024) di Posyandu Sido Mulyo 2, Desa Mojosari Bekonang, Sukoharjo, kelompok 54 KKNMAs didatangi oleh BKKBN Pusat.

“Sehingga ini menjadi tugas kami untuk mendampingi juga. Kebetulan acara pada pagi hari ini ada di Desa Bekonang,” ungkap Kuswaji.

Kehadiran BKKBN ke posyandu menjadi agenda untuk monitoring program pencegahan stunting yang dikemas pada program Mahasiswa Peduli Stunting.

“Nah mereka tentunya sebagaimana tugasnya terkait dengan permasalahan stunting yang kegiatannya kemudian di include kan dalam kegiatan utama dari KKNMAs ini,” tambahnya.

Tema dari KKNMAs 2024 sendiri adalah UMKM Unggul, Stunting Menurun. Kelompok 54 KKNMAs ini mengadakan edukasi dan penyuluhan terkait dengan percepatan penurunan stunting. Bersama kader Posyandu, mahasiswa membantu mengecek 70 balita.

Dari pihak panitia lokal dan BKKBN menyaksikan bagaimana mahasiswa menjalankan program yang telah mereka usung. Mahasiswa memberikan penyuluhan juga edukasi terkait dengan stunting.

“Alhamdulillah adik-adik mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang salah satunya kebetulan yang terkait dengan pelaksanaan stunting dari kesehatan, intinya tidak semua mahasiswa dari berbagai Prodi tahu tentang stunting tapi ada salah satu dari anggota tadi bisa menjelaskan tentang stunting,” papar Ketua Pelaksana.

Selain memberikan penyuluhan dan edukasi, mahasiswa juga melakukan demo memasak cookie tempe yang menjadi inovasi dari program mahasiswa di Kelompok 54 ini.

“Itu adalah salah satu inovasi mahasiswa yang pasti yang namanya adalah kegiatan mahasiswa ya pasti mereka tidak atau kurang ya kalau saya katakan tidak saya kira nggak bener kurang di dalam memperhatikan bahwa makanan itu kan harus disenangi oleh anak-anak tadi saya nyoba kok kurang manis,” ungkap Kuswaji ketika diminta tanggapannya mengenai cookie tempe.

Mesikupun demikian, menurut Kuswaji, inovasi yang dicetuskan oleh mahasiswa tentunya nanti perlu ada penyempurnaan kaitan dengan rasa, karena ini benar-benar produk makanan yang akan digunakan untuk pencegahan stunting.

Di sisi lain, Direktur Kerja sama Pendidikan dan Kependudukan Dr. Indra Murry Surbakti, MA., menyampaikan bahwa BKKBN memiliki program yang dinamakan Mahasiswa Penting (Mahasiswa Peduli Stunting) yang dikolaborasikan melalui kegiatan KKN tematik seperti ini.

“Jadi kami memang ingin teman-teman mahasiswa itu membantu program kami. Jadi kami ada program percepatan penurunan stunting walaupun sekarang kita sedikit ubah namanya, pencegahan stunting, karena memang fokus kami sebenarnya sekarang ini lebih mencegah supaya ada tidak ada stunting lagi jadi fokus kita memang ke ibu hamil kemudian bayi di bawah dua tahun dan juga calon pengantin juga,” ujar Indra.

Indra juga menyampaikan apresiasinya atas kegiatan mahasiswa dalam membantu pihaknya untuk menyukseskan program pencegahan stunting.

Sebenarnya salah satu tujuannya sebenarnya sih ingin juga sedikit mengubah perilaku juga ke masyarakat untuk memahami bahwa stunting ini tidak hanya terkait dengan tinggi badan tetapi juga terkait dengan perkembangan otak dan motorik.

“Kalau nanti mereka stunting tentunya mereka akan kesulitan ke depannya untuk sekolah kemudian untuk cari pekerjaan, untuk memberikan kontribusi kepada negara. Karena memang tujuan pemerintah kita kan di 2045 kita nanti kita seharusnya sudah menjadi negara maju, Generasi Emas,” ungkapnya. Prihatsari

Exit mobile version