BANGKOK, JOGLOSEMARNEWS.COM – Permainan tradisional adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia yang kaya akan nilai-nilai luhur. Untuk memastikan warisan ini tetap hidup dan dikenal oleh generasi muda, khususnya yang berada di luar negeri, tim dari Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret (UNS) mengadakan pelatihan di Sekolah Indonesia Bangkok (SIB), Thailand.
Tim ini terdiri dari para akademisi berpengalaman, dipimpin Dr. Idam Ragil Widianto Atmojo, S.Pd., M.Si., dan beranggotakan Dr. Matsuri, M.Pd., Dr. Chumdari, M.Pd., Dr. Fadhil Purnama Adi, SH., MH., Roy Ardiansyah, M.Pd., serta Dwi Yuniasih Saputri, M.Pd. Mereka melaksanakan pelatihan tentang integrasi permainan tradisional dalam pembelajaran, yang diharapkan dapat mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) 2030, khususnya dalam bidang pendidikan berkualitas.
Ketua Tim, Dr. Idam Ragil Widianto Atmojo menekankan pentingnya pewarisan budaya melalui pendidikan yang terstruktur dan berbasis budaya.
“Pendidikan berkualitas adalah kunci dalam mewariskan budaya bangsa. Guru sebagai pelaksana pendidikan harus mampu mengintegrasikan budaya lokal, termasuk permainan tradisional, ke dalam pembelajaran sehari-hari,” ujarnya, seperti dikutip dalam rilisnya ke Joglosemarnews.
Pelatihan ini mencakup aspek perencanaan, implementasi, dan evaluasi dari integrasi permainan tradisional. Permainan yang dipilih telah melalui proses kajian mendalam bersama para akademisi dan praktisi. Beberapa permainan yang diajarkan dan dipraktikkan bersama siswa di SIB antara lain Congklak, Engklek, Cublak-cublak Suweng, dan Ular Tangga.
Kegiatan ini berlangsung pada Jumat (19/7/2024). Selama pelatihan, para guru di Sekolah Indonesia Bangkok sangat antusias mengikuti berbagai materi yang disampaikan. Mereka juga mendapat kesempatan untuk langsung mempraktikkan permainan tradisional bersama siswa, yang juga menunjukkan minat besar dalam kegiatan tersebut.
Menurut Dr. Idam, kegiatan ini tidak hanya bertujuan memberikan wawasan kepada guru, tetapi juga memastikan bahwa anak-anak Indonesia yang tumbuh di luar negeri tetap mengenal dan mencintai budaya bangsa.
“Kami berharap konsep ini bisa diterapkan di Sekolah Indonesia di berbagai negara lainnya,” tambahnya.
Antusiasme siswa dan guru di SIB selama kegiatan ini menjadi indikasi positif bahwa permainan tradisional masih bisa hidup dan berkembang meski mereka berada jauh dari tanah air. Pendidikan tidak hanya menjadi sarana untuk menimba ilmu, tetapi juga sebagai alat untuk menjaga dan mewariskan budaya bangsa kepada generasi penerus. [Redaksi]