Beranda Daerah Solo Tim PKM UNS Berhasil Buat Terobosan Baru Pelapis Kateter Dari Limbah Kulit...

Tim PKM UNS Berhasil Buat Terobosan Baru Pelapis Kateter Dari Limbah Kulit Kacang Mete

Tim PKM dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dari Fakultas MIPA Prodi Kimia dan Farmasi yang terdiri dari lima mahasiswa (yakni Muhammad Ilham Khairuddiin, Cindy Permatasari, Magdalena Devi Suryono, Maharani Putri Wardani, dan Dwi Purbowati) berhasil membuat terobosan baru untuk meminimalisir angka penderita penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK). Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Tim PKM dari Universitas Sebelas Maret (UNS) dari Fakultas MIPA Prodi Kimia dan Farmasi yang terdiri dari lima mahasiswa (yakni Muhammad Ilham Khairuddiin, Cindy Permatasari, Magdalena Devi Suryono, Maharani Putri Wardani, dan Dwi Purbowati) berhasil membuat terobosan baru untuk meminimalisir angka penderita penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK).

Perjalanan riset yang dilakukan ini dibimbing oleh Prof. Dr. Witri Wahyu Lestari, S.Si,. M.Sc.,

Sehingga menghasilkan temuan baru berupa inovasi riset dengan memanfaatkan limbah kulit kacang mete yang disebut CNSL (Cashew Nutshell Liquid) yang kurang memiliki nilai jual tinggi.

Hingga dapat dimanfaatkan sebagai bahan material pelapis pada kateter untuk mengurangi penyakit Infeksi Saluran Kemih (ISK).

Riset ini termotivasi dari banyaknya angka penderita ISK yang terus terjadi 180.000 kasus barunya per tahun, dimana 80% nya disebabkan oleh penggunaan kateter.

Infeksi ini dikenal dengan istilah Catheter Associated Urinary Tractus Infection (CAUTI). Dimana aliran urin dalam pengguna kateter mengakibatkan timbulnya bakteri.

Risiko bakteriuria ini meningkat 5-10% per hari setelah pemasangan kateter dan dapat terjadi 90-100% setelah penggunaan kateter pada jangka waktu yang lama.

Umumnya, bakteri penyebab infeksi saluran kemih meliputi S. aureus, S. epidermidis, E. coli, Proteus mirabilis, dan Enterobacter aerogenes. Bakteri E. coli dan S. aureus merupakan bakteri dengan persentase tertinggi, yaitu mencapai 21,67% dan 43,33% sehingga dapat dikatakan menjadi penyebab infeksi saluran kemih.

Saat ini kateter komersial digunakan sebagai perangkat medis yang digunakan untuk perawatan dalam mengobati gejala pasca bedah yang berkaitan dengan prostat atau sistem genital, seperti disuria, inkontinensia urin, dan retensi urin.

Baca Juga :  Bahlil Optimistis Menangkan Luthfi-Yasin di Pilkada Jateng 2024

Namun, selama penerapan klinis pada kateter, banyak pasien yang sangat rentan terhadap infeksi saluran kemih yang langsung diberikan kepada pasien, tanpa adanya coating.

Pada penelitian pelapisan kateter yang sudah ada, bahan pelapis kateter dapat memiliki sifat antifouling ( xxxxx) yang berfungsi sebagai perancah untuk impregnasi atau penempelan molekul biosidal.

Ada beberapa kateter antifouling termasuk yang populer adalah kateter yang dilapisi dengan hidrogel. Namun, dalam uji in vitro kateter lapisan hidrogel justru dapat meningkatkan laju penyumbatan urin dalam kateter.

Adapun kateter lain yaitu kateter berlapis polytetrafluoroethylene (PTFE) yang memiliki sifat anti lengket yang baik melalui koefisien gesekan yang rendah, menjadikannya optimal melawan kolonisasi bakteri. Namun, hal ini kurang efektif karena pelapis lain lebih baik dalam pembentukan biofilm.

Usaha untuk mengurangi angka penderita ini dibutuhkan kateter jangka panjang anti infeksi tanpa efek samping dengan menekankan penurunan angka munculnya bakteri utama terjadinya ISK yaitu kateter berlapis pembawa obat dan juga Nanopartikel perak (Ag).

Nanopartikel Ag (AgNPs) telah digunakan untuk menghindari infeksi mikroba dan diterapkan dalam berbagai produk kehidupan sehari-hari serta peralatan medis.

Bahan utama yang digunakan dimanfaatkan dari limbah kulit kacang mete yang diolah menjadi bahan yang lebih bernilai yaitu CNSL yang di dalamnya terdapat senyawa kardanol lalu diubah menjadi poliuretan.

Ketua tim, Ilham mengatakan pihaknya mampu memanfaatkan bahan baku berbasis bio, yaitu kardanol dalam limbah kulit kacang mete untuk sintesis poliol baru dalam pembuatan poliuretan.

Poliuretan disintesis bersamaan dengan Perfluoropolyether Polyurethane (PFPU) dan dikompositkan AgNPs sehingga menghindari perlekatan bakteri yang tidak diinginkan pada perangkat biomedis.

Baca Juga :  Masta PMB UMS Batch II 2024, Bekali Mahasiswa Jadi Pribadi Unggul di Masa Depan

“Penggunaan bahan dasar poliuretan pada coating kateter ini dapat menjadi solusi yang sangat efektif dari kami untuk menggantikan poliol berbahan dasar minyak bumi. Dengan poliol berbasis biomassa sekaligus menjadikan tujuan keberlanjutan jangka panjang yang sangat ekonomis dan menerapkan prinsip green chemistry,” ujar Ilham.

Selain itu bahan baku CNSL juga banyak ditemukan di daerah Wonogiri dan sekitarnya yang sangat potensial dikembangkan untuk ke depannya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terbukti bahwa pembuatan coating dari Perfluoropolyether Polyurethane (PFPU) berbasis kardanol biomassa CNSL dapat menghambat pertumbuhan bakteri utama yaitu E. coli dan S. Aureus dengan angka hambat pertumbuhan bakteri yaitu sebesar 23,18 mm untuk E.coli dan 31,57 mm untuk S.aureus.

Hal ini mengartikan bahwa keberhasilan produk ini dapat meningkatkan sifat hidrofobisitas ketika mengenai urin dengan harapan menurunkan angka penderita ISK. Ando