SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Konflik Keraton Solo sampai saat ini nyatanya belum menemukan titik damai. Meski sempat islah, konflik kembali terlihat dan disaksikan masyarakat umum.
Konflik terjadi saat hari pertama Gamelan Sekaten ditabuh, Senin (9/8/2024). Keributan terjadi antara kubu Sinuhun PB XIII dan kubu Lembaga Dewan Adat (LDA).
Konflik terjadi saat ritual perayaan Sekaten tersebut masuk prosesi membunyikan Gamelan Sekaten sekitar pukul 13:50 WIB. Saat Gamelan Sekaten mulai ditabuh untuk pertama kalinya, Kanjeng Raden Arya (KRA) Rizki Baruna Ajidiningrat dari kubu PB XIII mendatangi Bangsal Sekati tempat gamelan Kyai Guntur Madu ditabuh dengan membawa dawuh dari Sinuhun PB XIII.
Ia mempertanyakan dan mempermasalahkan kenapa gamelan sudah ditabuh, padahal dawuh Sinuhun PB XIII masih dibawa. Saat itu juga Rizki langsung mendorong salah satu abdi dalem, KRT Rawang yang berada tepat di depan pintu masuk Bangsal Sekati. Suasana memanas saat kedua kubh terlihat saling mendorong.
Menurut Ketua Eksekutif Lembaga Keraton Solo, KP Eddy Wirabhumi, ada kesalahpahaman antara pihak Sinuhun PB XIII dan LDA Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
“Jadi memang terjadi miss komunikasi. Saya dengarkan dengan sangat keras dari speakernya Masjid Agung. Setelah tatanan acara selesai itu yang diminta untuk mendawuhi ngungelaken gangsa adalah Kanjeng Sinawung. Kanjeng Sinawung kemudian ndawuhke. Setelah didawuhke ada yang datang namanya mas Rizki itu mengatakan bahwa dia yang ditugaskan untuk mendawuhkan itu. Sehingga terjadi silang pendapat,” bebernya.
Eddy mengatakan, pelaksanaan kegiatan perayaan Sekaten Keraton Kasunanan Solo tahun ini ada perintah dari Pengageng Parentah Keraton Gusti Dipo agar pihaknya hadir dalam acara tersebut.
“Ini miss komunikasi yang sebetulnya tidak harus terjadi. Tetapi kalau kami tarik lagi proses penyelenggaraan kegiatan ini ada dawuh dari Pangageng Parentah Keraton Gusti Dipo untuk hadir di acara itu,” imbuhnya.
Hal senada disampaikan Pangageng Parentah Keraton Solo, GPH Dipokusumo. Keributan yang terjadi dikarenakan adanya miss komunikasi.
“Kalau saya hanya karena SOP saja. Dawuh dalem itu standarnya Mantu Dalem KRA baruno Aji Diningrat,” tukasnya. Prihatsari