Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Dorong Kemandirian Energi pada Sektor Pertanian Terpadu, Umuka Dorong Optimalisasi Teknologi Biogas Tipe Fixed Dome dalam Pemanfaatan Limbah Ternak

Peletakan batu pertama di lokasi pembuatan biogas di Desa Gentungan, Mojogedang, Karanganyar.

KARANGANYAR, JOGLOSEMARNEWS.COM Universitas Muhammadiyah Karanganyar (Umuka) melaksanakan program pengabdian masyarakat yang berfokus pada pemanfaatan limbah ternak sapi untuk produksi biogas dan pupuk organik bioslurry. Program ini terlaksana di Desa Gentungan, Kecamatan Mojogedang, Kabupaten Karanganyar.

Anggota tim program tersebur, Nisa Dwi Septiyanti S.Kom M.Sc, dalam siaran persnya, Senin (9/9/2024), menyatakan ini merupakan bentuk komitmen perguruan tinggi dalam membantu masyarakat melalui penerapan teknologi terbarukan yang ramah lingkungan dan mendukung pertanian organik. ”Program pengabdian ini memfasilitasi pembuatan instalasi biogas di Desa Gentungan, yang memungkinkan masyarakat mengubah limbah kotoran sapi menjadi energi alternatif berupa biogas sebagai pengganti gas LPG,” jelas Nisa. ”Desain fixed dome digunakan dalam instalasi biogas ini karena lebih efisien dan tahan lama dibandingkan dengan tipe lainnya,” Nisa menambahkan.

Menurut Nisa, gas yang diproduksi biasanya bisa mulai digunakan setelah dua minggu fermentasi. Gas metana yang terkumpul di dome gas dialirkan ke kompor biogas untuk keperluan memasak rumah tangga. Sistem ini memungkinkan masyarakat menggunakan energi lebih murah dan ramah lingkungan, menggantikan gas LPG yang harganya semakin mahal.

Selain itu, limbah cair dari proses pembuatan biogas yang disebut bioslurry adalah produk sampingan yang sangat bermanfaat. “Bioslurry mengandung bakteri baik dan nutrisi yang dapat digunakan sebagai pupuk organik,” tutur Nisa.

Program ini juga mencakup pendampingan dalam pemasaran digital bagi produk-produk pertanian organik desa tersebut, yang diharapkan dapat memperluas pasar dan meningkatkan pendapatan masyarakat. ”Kegiatan ini melibatkan tim dosen yang diketuai oleh Ibu Ina Nurtanti S.Pt, M.Pt serta mahasiswa dari Umuka, bersama Kelompok Tani Mulyo 1 di Desa Gentungan sebagai mitra utama,” papar Nisa.

Kelompok tani ini, lanjut Nisa, terdiri dari para petani yang sebagian besar juga berprofesi sebagai peternak sapi potong. ”Kelompok Tani Mulyo 1 telah lama mengintegrasikan sistem pertanian dan peternakan, namun masih menghadapi sejumlah tantangan dalam pengelolaan limbah ternak dan produksi pupuk organik,” ungkap Nisa.

Rangkaian program pengabdian masyarakat ini dimulai sejak bulan Juli sampai dengan September 2024. Desa Gentungan yang menjadi sasaran terletak di kaki Gunung Lawu. Kondisi tanahnya subur dan sangat cocok untuk pertanian organik. Luas area persawahan di desa ini mencapai 10.989 hektar, dengan mayoritas petani mengembangkan padi organik. Sebagai tambahan, populasi sapi potong di desa ini mencapai 575 ekor, menjadikan limbah ternak sebagai sumber daya potensial untuk diolah menjadi biogas.

Program ini diinisiasi untuk menjawab dua masalah utama yang dihadapi masyarakat Desa Gentungan. Pertama, keterbatasan pupuk organik yang semakin sulit diperoleh di pasar, sementara kebutuhan akan pupuk meningkat seiring dengan pengembangan pertanian padi organik. Kedua, ketergantungan masyarakat pada gas LPG sebagai bahan bakar rumah tangga terus meningkat, sementara harga dan ketersediaannya semakin tidak stabil. Program biogas menawarkan solusi untuk kedua masalah tersebut dengan cara memanfaatkan limbah ternak sapi yang sebelumnya hanya diolah menjadi pupuk, kini juga diproses menjadi biogas sebagai sumber energi alternatif.

Dalam pelaksanaan program, tim dari Umuka melakukan beberapa tahapan. Pertama, mereka menginisiasi pembuatan instalasi biogas dengan menambahkan satu unit digester berkapasitas 6 meter kubik yang dirancang untuk mengolah kotoran sapi menjadi biogas. Sistem biogas yang diterapkan menggunakan tipe fixed dome yang dianggap paling efisien dan tahan lama.

Setelah instalasi biogas selesai, masyarakat diajarkan cara mengoperasikan instalasi, mulai dari mengisi digester dengan kotoran sapi hingga memanfaatkan gas biogas untuk kebutuhan rumah tangga. Limbah akhir biogas berupa bioslurry kemudian diproses lebih lanjut sebagai pupuk organik, yang memiliki kualitas lebih baik karena mengandung bakteri baik yang meningkatkan kesuburan tanah.

Pembangunan dome gas, digester, inlet dan outlet.

Selain itu, tim juga memberikan pelatihan pemasaran digital kepada anggota Kelompok Tani Mulyo 1 untuk memperluas pasar produk pertanian mereka. Produk unggulan desa ini, seperti beras organik dan pupuk bioslurry, akan dipasarkan melalui platform digital sehingga dapat menjangkau pasar yang lebih luas, tidak hanya di tingkat lokal tetapi juga nasional.

Nisa menyatakan program ini diharapkan membawa dampak positif bagi masyarakat Desa Gentungan. Pertama, instalasi biogas yang telah dibangun berhasil menghasilkan gas metana yang dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif di rumah tangga. ”Dengan adanya biogas, masyarakat tidak lagi sepenuhnya bergantung pada LPG yang makin mahal dan pasokannya tidak selalu stabil.”

Kedua, bioslurry yang dihasilkan digunakan sebagai pupuk organik, yang diakui mampu meningkatkan produktivitas padi organik di Desa Gentungan. Pupuk bioslurry ini juga diharapkan dapat dipatenkan dan menjadi produk unggulan desa untuk dipasarkan ke luar daerah. Ketiga, pelatihan pemasaran digital membantu meningkatkan keterampilan petani dalam memanfaatkan teknologi untuk memasarkan produk pertanian mereka secara online. Hal ini diharapkan dapat membuka akses pasar yang lebih luas dan meningkatkan pendapatan petani.

Program pengabdian ini juga menjadi sarana pembelajaran bagi mahasiswa Umuka yang turut serta. Mereka mempunyai pengalaman langsung bekerja di masyarakat dan memenuhi target Indikator Kinerja Utama (IKU) yang diakui oleh perguruan tinggi.

Foto bersama tim program dan Kelompok Tani Mulyo 1.

Diharapkan program ini dapat terus berjalan dan menjadi model pengembangan energi terbarukan di desa-desa lainnya. Selain itu, diharapkan pelatihan pemasaran digital dapat memperkuat posisi produk-produk pertanian desa di pasar yang lebih luas, sehingga meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat secara berkelanjutan.

”Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa penerapan teknologi inovatif dan pendekatan holistik dalam pengelolaan sumber daya lokal mampu menciptakan integrated farming system yang berkelanjutan dan minim emisi, sejalan dengan upaya menciptakan desa mandiri energi dan meningkatkan taraf hidup masyarakat,” tandas Nisa.

Satyawatie

Exit mobile version