Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Situs Krapyak, Jejak Candi Tersingkap di Tanah Pemakaman di Klaten

penemuan fragmen bangunan candi

Warga Dusun Krapyak Wetan, Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menemukan batu dorpel dan pedestal yang diduga merupakan bagian dari bangunan candi saat melakukan penggalian makam pada Minggu (1/9/2024) | tribunnews

KLATEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Rupanya, julukan “Bumi Seribu Candi” untuk Kabupaten Klaten buka hanya isapan jempol belaka.

Selain Candi Prambanan, Plaosan, Sojiwan, Candi Lumbung dan lain-lain, kini muncul satu fakta yang memperkuat nilai kandungan sejarah budaya di Kabupaten Klaten.

Hal itu terlihat ketika warga Dusun Krapyak Wetan, Desa Dompyongan, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, menemukan batu dorpel dan pedestal saat melakukan penggalian makam pada Minggu (1/9/2024).

Situs yang dikenal sebagai Situs Krapyak itu terletak di tengah perkampungan dan selama ini telah dimanfaatkan sebagai area pemakaman oleh warga setempat.

Purwanto, seorang warga yang telah lama tinggal di dusun tersebut, menyatakan bahwa makam di lokasi itu sudah ada sejak ia masih kecil.

“Makam ini sudah ada sejak saya kecil,” ungkapnya.

Batu dorpel yang ditemukan merupakan bagian dari ambang pintu atas candi dengan ukuran panjang 1 meter 16 sentimeter dan lebar 64 sentimeter.

Batu tersebut memiliki ornamen floral yang indah di bagian depannya. Selain itu, warga juga menemukan batu pedestal, yang berfungsi sebagai alas kemuncak atap candi, saat menggali makam.

Penemuan ini menambah daftar temuan bersejarah di Klaten dan memberikan petunjuk lebih lanjut tentang keberadaan candi atau bangunan kuno di wilayah tersebut.

Pemerintah setempat diharapkan segera melakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui asal-usul dan nilai sejarah dari temuan tersebut.

“Nemunya sudah lama, 3 tahun ada. Sebelum Corona,” paparnya.

Batu pedestal itu memiliki bentuk persegi, dengan ukuran 58 cm dan ketebalan 23 cm.

Purwanto menjelaskan, bila batuan ini ditemukan saat menggali makam.

Sebelumnya, warga menggali makam dengan kedalaman sekira 2 meter.

“Sekarang (menggali) hanya 1,5 meter, kalau sebelumnya sampai 2 meter,” ucapnya.

Beberapa batuan lain yang ditemukan membentuk struktur, namun rusak dipecah saat menggali kuburan.

Pemerhati cagar budaya, Hari Wahyudi mengatakan bila situs tersebut teridentifikasi merupakan bangunan candi.

“Kalau identifikasi batunya adalah situs candi dari masa mataram kuno Abad 8-10, berdasarkan dari relief yang terdapat pada batuan candi,” ujar Hari.

Selain batuan, Hari mengatakan ada temuan lain berupa fragmen arca dan makara.

“Itu mengindikasikan, situs Krapyak dulu adalah bangunan candi bercorak agama Buddha,” jelasnya.

Exit mobile version