Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Apa Itu Fenomena Hari Tanpa Bayangan? Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar Terjadi 10 hingga 14 Oktober dan Akan ada Fenomena Lainya di Bulan Oktober 2024

Ilustrasi || dok foto Freepick

JOGLOSEMARNEWS.COM – Indonesia mengalami fenomena Hari Tanpa Bayangan yang menarik perhatian masyarakat. Di Jakarta, fenomena ini terjadi pada pukul 11.40 WIB, sementara wilayah lain seperti Surabaya, Yogyakarta, dan Makassar akan mengalaminya antara 10 hingga 14 Oktober.

Fenomena ini disebabkan oleh posisi matahari yang mencapai titik tertinggi di langit, menyebabkan objek vertikal tidak memiliki bayangan. Masyarakat diingatkan untuk menggunakan pelindung kulit dan menghindari aktivitas luar ruangan saat puncak intensitas sinar matahari, karena kadar sinar UV meningkat.

Walaupun suhu udara tidak berubah drastis, rasa panas terasa lebih tinggi pada hari-hari cerah. Disarankan untuk mengenakan pakaian yang nyaman dan tetap terhidrasi guna mencegah dehidrasi.

Fenomena selanjutnya adalah Hunter Moon yang akan mencapai puncaknya pada 17 Oktober 2024. Hunter Moon merupakan sebutan untuk bulan purnama pertama setelah Harvest Moon (bulan purnama di sekitar musim panen). Tradisi menyebutnya sebagai Hunter Moon karena pada masa lalu, masyarakat menggunakan cahaya terang bulan ini untuk berburu setelah panen selesai.

Bulan purnama kali ini istimewa karena juga termasuk salah satu Supermoon. Bulan akan berada lebih dekat dengan Bumi dalam orbit elipsnya, membuatnya tampak lebih besar dan lebih terang dari biasanya. Ketika Bulan terbit di cakrawala, ia mungkin terlihat berwarna jingga atau merah, memberikan nuansa yang sangat menawan di langit malam.

Hunter Moon adalah waktu yang tepat bagi Anda yang ingin menikmati fotografi astronomi. Cobalah mencari lokasi dengan sedikit gangguan cahaya, seperti pegunungan atau pantai, untuk mendapatkan pemandangan terbaik.

Yang tak kalah menarik akan hadir pada 21-22 Oktober 2024, yaitu Hujan Meteor Orionid. Hujan meteor ini bersumber dari sisa-sisa Komet Halley, yang juga terkenal sebagai salah satu komet paling bersejarah yang bisa dilihat dari Bumi. Orionid aktif sejak 26 September hingga 22 November, namun puncak aktivitasnya akan berlangsung selama dua hari di bulan Oktober.

Meski Orionid biasanya menjadi salah satu hujan meteor terbaik, pengamatan tahun ini mungkin akan sedikit terganggu oleh cahaya Bulan yang berada dalam fase 79% terang saat puncak hujan meteor. Meski demikian, jika Anda berada di lokasi yang tepat dengan langit cerah dan bebas polusi cahaya, masih ada peluang untuk menyaksikan kilatan meteor yang menakjubkan.

Waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor Orionid adalah antara tengah malam hingga fajar, saat konstelasi Orion – titik radian hujan meteor – berada tinggi di langit. Orionid dapat diamati dari Belahan Bumi Utara maupun Selatan, menjadikannya kesempatan langka yang bisa dinikmati oleh banyak orang di seluruh dunia. (*)

Exit mobile version