Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Bertemu Dengan Pengelola PLTSa Putri Cempo, Warga Jatirejo Minta Uji Lagi Hasil Limbah Usai Bikin Sesak Nafas dan Batuk Pilek

Warga Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo bertemu dengan pengelola PLTSa Putri Cempo, PT SCMPP, Senin, (28/10/2024). Dalam pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut membahas tentang tindak lanjut aduan warga soal limbah yang membuat warga sesak napas, serta batuk pilek. Ando

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Warga Jatirejo, Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Mojosongo bertemu dengan pengelola PLTSa Putri Cempo, PT SCMPP, Senin, (28/10/2024). Dalam pertemuan yang digelar secara tertutup tersebut membahas tentang tindak lanjut aduan warga soal limbah yang membuat warga sesak napas, serta batuk pilek.

Ditemui usai melakukan pertemuan, Karni, ketua paguyuban pemulung Putri Cempo menyebut bahwa dari pihak PT SCMPP sendiri menyampaikan bahwa tidak ada limbah dari operasional PLTSa tersebut.

“Katanya arang nanti dibuat jadi briket. Lalu limbah cair yang ke sungai itu mau dibuat solar. Ada fotonya tadi, yang dikatakan yang positif aja, yang negatif ga ada. Kalau mengandung B3 dia masih mengelak, masih dibawa standar. Makanya kita minta diuji lagi tahun ini, tuntutan warga minta menguji lagi hasil limbah,” ungkap Karni.

Karni mengatakan bahwa dari pihak pengelola sendiri mengelak disebut limbah B3. Pihak pengelola menyebut itu adalah hasil sampingan dari PLTSa yang dapat didaur ulang semua.

“Hasil sampingan dari PLTSa itu nanti bisa dijual. Tapi kita taunya itu bau dan ndak enak di tenggorokan, karena kita juga ga tau ujinya gimana,” sambung Karni.

Dilain pihak, Gatot Sutanto, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Solo menjelaskan bahwa pertemuan ini terjadi setelah adanya keluhan warga dan Pemerintah Kota Solo mencoba memfasilitasi.

“Jadi memang salah satunya adalah komunikasi. Dari pihak PT SCMPP akan membuka komunikasi lebih terbuka lagi. Tapi secara keseluruhan berjalan cukup baik. Inikan baru proses awal dari PT SCMPP, sehingga perlu banyak perbaikan-perbaikan termasuk misalnya penyekat debu dan ada perubahan alat-alat,” ujar Gatot

Nantinya ditambahkan Gatot, alat yang menyebabkan debu diganti dengan alat yang tidak menyebabkan debu. Kemudian untuk mengurangi kebisingan dikasih alat-alat peredam kebisingan. Kemudian selain pagar pembatas, ditambahi juga tanaman untuk mengurangi kontaminasi debu dan bau.

“Tidak ada tuntutan dari warga. Ini sudah langsung action, contoh air kondensat yang bleber ke sungai itu juga langsung ditangani. Sudah dibuatkan tampungan yang lebih besar. Ini tadi langsung ditanami bambu, tapi karena musim kering. Nanti kalau musim hujan kelihatan pertumbuhannya. Sekarang juga alat berat diberhentikan, karena yang menimbulkan debu itu sampah dibolak balik,” tandasnya. Ando

Exit mobile version