
GUNUNGKIDUL, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di tengah hamparan lahan kering yang selama ini dikenal gersang, secara misterius muncul air yang mengalir. Peristiwa menakjubkan itu terjadi di Padukuhan Siraman II, Kabupaten Gunungkidul.
Bagi sebagian warga, kemunculan air ini bukan sekadar fenomena alam, melainkan jangan-jangan tanda keadilan dan kemurahan Tuhan? Dalam keterbatasan sumber daya, ketika sumur-sumur di sekitar mengering, air dari celah-celah bumi ini seperti jawaban yang tak disangka-sangka, seolah ada tangan gaib yang mengalirkannya.
Namun, di balik semua teka-teki itu, fakta ilmiah tetap perlu untuk dikedepankan. Profesor Eko Haryono, seorang Guru Besar di Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM), bahkan turun tangan memimpin tim survei di lokasi munculnya air tersebut.
Hasil sementara dari survei menunjukkan bahwa fenomena itu dimungkinkan terjadi karena ada lorong goa di bawah tanah yang dialiri air. Menurut Prof. Eko, terbentuknya lorong goa itu adalah hal yang biasa di kawasan karst atau batuan gamping, yang memang mendominasi wilayah Gunungkidul.
“Air yang muncul di kawasan karst sering kali melewati celah-celah batuan, dan distribusi airnya tidak seragam. Bisa jadi di satu tempat airnya ada, sementara beberapa meter di sekitar tempat tersebut tidak ada,” jelas Prof. Eko saat ditemui usai survei di lokasi pada Kamis (10/10/2024).
Ia menambahkan, adanya lorong goa yang dialiri air bisa saja tertutup atau runtuh akibat gempa, yang kerap melanda wilayah ini beberapa bulan terakhir.
Munculnya air di lahan warga ini, lanjutnya, juga kemungkinan besar berkaitan dengan gempa yang terjadi di Gunungkidul beberapa waktu lalu. Gempa-gempa ini diduga meruntuhkan lorong goa yang sebelumnya menyalurkan air di bawah tanah, hingga menyebabkan air itu terblokir dan mencari jalan keluar di celah atau rekahan tanah yang baru.
“Gempa yang terjadi dua hingga tiga kali sebulan belakangan ini bisa membuat lorong goa di bawah tanah runtuh. Runtuhan tersebut memblokir saluran air dan memaksa air itu keluar ke permukaan melalui celah yang muncul di tanah,” paparnya.
Selain faktor geologi dan gempa, Prof. Eko juga memaparkan potensi lain yang dapat menjelaskan fenomena ini, yakni tekanan air bawah tanah yang meningkat hingga menyebabkan retakan di permukaan.
Namun, yang membuat warga lega adalah kepastian bahwa air yang muncul tersebut bukan berasal dari rembesan septitank, melainkan air bersih yang bisa dikonsumsi. Bahkan, beberapa ikan nila yang ditempatkan di lubang air oleh warga masih hidup, menandakan kualitas air yang baik.
Prof. Eko dan timnya berencana melakukan survei lanjutan dengan membawa peralatan yang lebih canggih untuk memeriksa lebih jauh kondisi bawah tanah. Survei lanjutan ini diharapkan dapat memberikan kepastian lebih mengenai asal-usul air tersebut, apakah murni fenomena geologi atau ada sungai bawah tanah yang belum terdeteksi.
Bagi Wadillah, kerabat pemilik lahan, temuan air di lahan kering ini tak ubahnya keajaiban kecil di tengah musim kering yang panjang.
“Tadi tim UGM menyebutkan kemungkinan ada rongga air di bawah tanah sepanjang 20 meter. Ini masih kemungkinan, mereka akan melakukan penelitian lagi untuk memastikan,” ujarnya.
Meskipun survei ilmiah terus dilakukan, bagi masyarakat sekitar, air yang tiba-tiba muncul ini adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Misteri air di Gunungkidul it bukan hanya soal alam, tetapi juga tentang harapan dan keyakinan akan keadilan Tuhan yang datang di saat yang tepat.