Beranda Daerah Solo WMK 2024 UMS, Peserta Belajar Strategi Digitalisasi Usaha Lewat Media Sosial

WMK 2024 UMS, Peserta Belajar Strategi Digitalisasi Usaha Lewat Media Sosial

Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berikan pembelajaran membangun usaha secara profesional melalui program Wirausaha Merdeka Kampus (WMK) 2024 di Hotel Assalaam pada Jumat, (4/10/2024). Humas UMS

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) berikan pembelajaran membangun usaha secara profesional melalui program Wirausaha Merdeka Kampus (WMK) 2024 di Hotel Assalaam pada Jumat, (4/10/2024).

Pada sesi ini, peserta WMK diajak untuk praktik digitalisasi maupun pembahasan sosial media lanjut, serta klinik yang dipandu oleh Layli Laidi M, ST selaku Direktur CV. Fraza.

Dalam kesempatan itu, Layli Laidi mengungkapkan perkembangan peserta WMK dari setiap kelompok itu sedikit berbeda dari tahun sebelumnya.

“Jadi mereka ini lebih pendiam, kalau yang tahun lalu itu aktif interaktif. Tapi saya lihat progres mereka juga selesai semua. Mungkin cara komunikasinya saja yang kurang, tapi tugas mereka bisa diselesaikan dengan baik,” ungkapnya.

Hari ini, lanjutnya, peserta belajar menjual produk di Instagram, setelah itu mereka juga belajar bagaimana membranding di platform instagram dengan baik dan benar.

“Lalu kita juga mengajarkan advertising Meta di Instagram, yang mungkin jarang banget digunakan untuk anak-anak muda, karena biasanya fitur ini digunakan oleh pengusaha,” tambahnya.

Baca Juga :  Jokowi Bertemu Dengan Para Kiai Pengurus PW NU Jawa Tengah Jelang Pilkada

Narasumber itu menekankan bahwa, itu hal baru yang bisa diimplementasikan untuk mengembangkan usaha.

Kemudian disusul pembahasan platform Tiktok. Menurut Laidi, penggunaan Tiktok itu bukan hanya upload video, tetapi juga bisa digunakan sebagai sarana promosi.

“Jadi penggunaan Tiktok Ads ini juga dipelajari, mulai dari bikin caption maupun hastag itu betul-betul di riset dulu,” ujarnya.

Para peserta WMK ini diminta untuk membuat akun email bisnis, kemudian membuat akun Facebook, Instagram, Tiktok, maupun Shopee.

Layli Laidi mengungkapkan tiap platform media itu punya karakter masing-masing. Seperti kalau di Facebook itu banyak orang-orang yang jual beli. Kemudian kalau Instagram itu lebih banyak semacam toko online sebagai tempat untuk melihat tokonya.

“Jadi kalau datang ke offline itu melihat tokonya bagus, nah kalau online itu biasanya visit ke Instagramnya semacam lebih ke company profile gitu,” paparnya.

Menurutnya, platform Tiktok untuk algoritmanya tidak terlalu sulit, karena lebih banyak yang bisa For Your Page (FYP) kalau di Tiktok.

Baca Juga :  Diskusi dan Bedah Buku "Guru Era Metaverse" di Perpustakaan Masjid Sheikh Zayed

“Selanjutnya adalah Shopee, itu merupakan marketplace pertama ya di Indinesia yang digunakan untuk jual beli. Jadi penggunaanya jelas, kalau Shopee itu untuk meningkatkan jual beli para calon-calon pengusaha muda ini,” terangnya.

Dia berharap, peserta tahun ini lebih semangat, lebih kompak, lebih bagus dan interaktif dan banyak bertanya, karena dengan itu peserta dapat eksplor pemahaman lebih jauh yang para mentor belum sampaikan. Prihatsari