Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Mantan Sekda Sragen Tatag Prabawanto Soroti Proyek Jembatan Penghubung Kecamatan Masaran Plupuh Yang Diterjang Banjir Sungai Bengawan Solo: Jangan Sampai Kontraktor Kabur !

Mantan Sekda Sragen Tatag Prabawanto menyoroti proyek jembatan penghubung kecamatan Masaran dengan Plupuh yang diterjang arus banjir sungai bengawan Solo Rabu (13/11/2024) Huri Yanto

SRAGEN, JOGLOSEMARNEWS.COM Proyek pembangunan jembatan penghubung Kecamatan Masaran dengan Plupuh, atau tepatnya di Desa Pilang dengan Butuh kecamatan Plupuh Sragen diterjang air sungai bengawan Solo sejak beberapa hari lalu. Akibatnya proyek jembatan raksasa itu kini menjadi sorotan publik, hal itu membuat sejumlah kalangan mendorong dinas terkait perlu melibatkan Aparat Penegak Hukum (APH) dalam proses penyelesaiannya. Hal ini dilakukan agar kontraktor tidak kabur karena proyek tersebut terancam telat.

Salah satu sorotan terhadap proyek jembatan itu datang dari mantan Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Sragen Tatag Prabawanto, ia menyayangkan perencanaan pembangunan jembatan dan teknik pembangunannya. Karena belum jadi pada saat musim hujan. Selain itu menyerap anggaran APBD Sragen cukup besar.

“Iya tahap kedua ini sekitar Rp 14 miliar, belum abutment tahap pertama itu sekitar Rp 6 miliar. Ini lebih mahal dari pada jembatan Pangeran Samudro Gunung Kemukus Sumberlawang,” kata Tatag Prabawanto pada Rabu (13/11/2024).

Semestinya sudah diprediksi lewat bulan Oktober sudah masuk musim hujan. Namun melihat progres pembangunan, jika dinas terkait mengklaim sudah mencapai 70 persen, pihaknya menilai baru sekitar 40-50 persen. Lalu Tatag mendesak dinas terkait untuk menggandeng APH untuk ikut melakukan pengawasan pekerjaan.

“Sulit kalau sampai kontraktor kabur, paling di Blacklist. Melihat pencairan anggaran sudah cukup besar harus lebih ketat. Kontraktor harus ada di lokasi, Libatkan polisi bawa borgol untuk memastikan tidak kabur, dengan pengawasan APH,” jelasnya.

Tatag menegaskan jangan sampai ada kebijakan kahar atau force major terkait pembangunan jembatan ini. Berkaca dari pekerjaan jembatan Gunung Kemukus beberapa tahun lalu, juga tidak diberlakukan force major.

”Saya ingat jembatan gunung kemukus, mengalami kendala pengelasan karena air semakin tinggi. Itu juga ditolak kahar, kalau ini kan sudah jelas pengerjaan melalui bulan musim hujan,” bebernya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kepala Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Sragen, Albert Pramono Susanto, mengatakan kontraktor bertanggung jawab penuh atas kejadian ini. Pihaknya akan berupaya agar proyek tetap selesai sesuai target, namun mengakui kemungkinan adanya keterlambatan.

“Rangka jembatan yang belum selesai terbawa arus, saat ini belum sampai ambruk, kalau ambruk proses konstruksi harus dimulai dari awal,” kata Albert Pramono pada Selasa (12/11/2024).

Kepala DPU Sragen, menyatakan bahwa kontraktor bertanggung jawab atas kejadian ini. Metode pengerjaan yang dianggap berisiko tinggi, tanpa memperhitungkan potensi bencana alam, menjadi penyebab utama kerusakan.

Meskipun demikian, pemerintah daerah akan berupaya agar proyek tetap berjalan sesuai rencana. Namun, dengan adanya kendala ini, kemungkinan besar proyek akan mengalami keterlambatan.

Pihaknya akan berupaya semaksimal mungkin untuk menyelesaikan proyek secepatnya. Namun, ia juga mengakui bahwa kejadian ini merupakan sebuah tantangan yang cukup besar.
Dia menyatakan metode yang digunakan sudah melalui kajian dari kontraktor. Secara tempo bisa lebih cepat selesai. Namun resiko hujan bisa menimbulkan kerusakan yang mengganggu proses pembangunan.

“Mereka memakai metode seperti itu, mungkin saat itu, sudah dilaksanakan, dan ternyata kemarin terjadi hujan yang luar biasa,” ujarnya.

Lantas kondisi bengawan Solo, ternyata terjadi kenaikan permukaan air sampai 3 meter. “Kemarin sore sudah saya ingatkan tolong dipantau muka air. Terus amankan semua situasi kondisi di lapangan, baik itu konstruksi, material, peralatan, diamankan semua. Tadi malam sudah diukur, jam 12 air naik itu 3 meter, dari biasanya,” jelasnya.

Arus material yang deras, tentu membawa material bermacam-macam. Sampah, dan sebagainya terbawa arus. Situasi itu mengakibatkan perancah rangka yang posisinya berdiri terbawa air.

Dia menjelaskan rencana itu akhir bulan ini sudah selesai untuk pekerjaaan rangkaian ini. Tapi, dengan kondisi ini, nanti mungkin ada pengerjaan yang sifatnya simultan. “Kita ngejar progres. Harapannya nanti, akhir bulan tetap bisa tercapai,” tandasnya.

Sekarang progres pembangunan sudah mencapai 75 persen. Sekarang seharusnya sudah 80-an persen.
“Kemarin belum, minggu ini harusnya sudah tercapai di 80 persen. Kami upayakan percepatan, nanti kan ubah metode metode yang lain, kalau biasanya pengerjaan satu satu, nanti kita kerjakan semuanya,” ujarnya.

Huri Yanto

Exit mobile version