Site icon JOGLOSEMAR NEWS

16 Ribu Warga Wonogiri Menganggur, Jumlahnya Naik Ketimbang Tahun Lalu

Pengangguran

Ilustrasi pekerja yang kena PHK. Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM
Sedikitnya 16 ribu lebih warga Wonogiri dalam posisi tidak bekerja alias menganggur.

Fakta lainnya ternyata jumlah pengangguran di Wonogiri tahun ini meningkat daripada 2023 lalu.

Menurut rilis data yang dikirimkan Kepala BPS Wonogiri Rahmad Iswanto, jumlah pengangguran di Wonogiri meningkat signifikan pada 2024.

“Saat ini jumlah pengangguran di Wonogiri mencapai 16.195 orang. Jika dikomparasi jumlah ini bertambah sekitar 2.400 orang dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 13.730 orang,” jelas Rahmad Iswanto dalam keterangan tertulisnya, baru baru ini.

Menurut Rahmad Iswanto Pemutusan hubungan kerja (PHK) menjadi penyebab utama lonjakan ini, terutama di sektor tekstil yang selama ini menyerap banyak tenaga kerja.

Secara rinci Rahmad Iswanto membeberkan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Wonogiri tercatat naik menjadi 2,4% pada Agustus 2024. Sementara pada posisi yang sama tahun lalu ada di 1,92%.

Kepala BPS Wonogiri, Rahmad Iswanto, menyebut kenaikan pengangguran tahun ini didominasi perempuan. Tingkat pengangguran perempuan melonjak dari 1,47% pada 2023 menjadi 2,52% pada 2024. Sebaliknya, tingkat pengangguran laki-laki sedikit menurun dari 2,34% menjadi 2,31%.

Namun demikian ternyata dan ternyata tingkat pengangguran Wonogiri termasuk yang terendah kedua di Jawa Tengah setelah Temanggung. Bupati Wonogiri, Joko Sutopo alias Bupati Jekek, menekankan pentingnya inovasi di sektor pertanian untuk mengatasi lonjakan pengangguran. Saat ini banyak anak muda yang terjun di sektor agribisnis.

Tantangan ekonomi ini tidak hanya dialami pencari kerja baru, tetapi juga mereka yang sempat bekerja namun kemudian kehilangan pekerjaan. Siti (35), seorang mantan pekerja tekstil asal Wonogiri, mengisahkan perjuangannya.

“Setelah kena PHK di Sukoharjo tahun ini, saya mencoba mencari pekerjaan lain, tapi sulit. Akhirnya, saya memutuskan membuka usaha menjual makanan ringan di rumah. Awalnya cukup baik, tapi daya beli masyarakat sedang lemah, jadi hasilnya pas-pasan,” ujar Siti.

Kondisi Siti mencerminkan situasi yang dialami banyak mantan pekerja di Wonogiri. Mereka berusaha bangkit dengan berwirausaha, tetapi menghadapi tantangan akibat kondisi ekonomi nasional yang belum sepenuhnya stabil.

Secara umum, kondisi ketenagakerjaan di Indonesia menjelang akhir 2024 juga menghadapi tantangan besar. Tingkat pengangguran nasional tercatat masih tinggi, didorong oleh ketidakpastian ekonomi global, pelemahan sektor industri, dan terbatasnya lapangan kerja formal. Sektor informal dan usaha mikro kecil menengah (UMKM) menjadi penyerap tenaga kerja terbesar, meski dengan penghasilan yang sering kali tidak mencukupi kebutuhan dasar.

Dalam situasi ini, sinergi antara pemerintah, swasta, dan masyarakat menjadi kunci untuk mengurangi pengangguran dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Bagi banyak orang seperti Siti, harapan tetap ada, meskipun jalan menuju pemulihan ekonomi masih panjang. Aris Arianto

Exit mobile version