SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM โ Rektor ISI Surakarta, I Nyoman Sukerna mengeluhkan sangat langkanya guru besar seni di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta.
Menurutnya sangat langkanya guru besar seni tersebut disebabkan oleh aturan pemerintah yang mempersulit.
โAturan yang diberlakukan dari pemerintah itu harus skopus dan lain sebagainya mempersulit. Lahan itu ga ada. Padahal teman-teman dosen banyak yang berkarya seni,โ ungkapnya saat ditemui usai acara pengukuhan Guru Besar bidang ilmu antropologi tari, Kamis, (05/12/2024).
Meski demikian, pihak ISI Surakarta baru mengusulkan agar karya seni dari dosen dapat menjadi persyaratan untuk dikukuhkan menjadi guru besar.
โJadi tidak harus karya ilmiah, skopus jurnal. Tapi karya-karya monumental, kriya seni yang bersifat intersonal itukan boleh usulan,โ katanya.
Sejak 60 tahun berdiri, I Nyoman Sukerna menjelaskan bahwa baru ada 16 guru besar sampai yang dikukuhkan, Kamis, (05/12/2024) hari ini.
โSangat langka dan yang masih aktif ada 4 guru besar. Jadi permasalahan di penambahan prodi baru di S3 itu bermasalah. Karena sumber daya yang kompetensi di profesor itu dibatasi,โ terangnya.
Meski demikian, ISI Solo sangat berbahagia bertambah satu lagi guru besar ilmu antropologi tari atau etnokoreologi yang baru saja dikukuhkan. Bernama Prof.Dr.Drs. Rm. Pramutomo, M.Hum.
โNanti tanggal 23 Januari tambah satu lagi pengukuhan. Kemudian hari ini adalah penilaian tiga ajuan calon guru besar lagi. Mudah-mudahan nanti kalau tiga itu bisa tambah. Nanti kami akan lebih leluasa untuk buka program studi khususnya S3,โ tandas I Nyoman Sukerna. Ando