Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Atasi Problem Sampah Berkepanjangan, Pemkot Jogja Datangkan 4 Unit Mesin Pembakar Sampah

Dua unit insinerator yang disiapkan untuk mengatasi problem persampahan di Kota Yogya | tribunnews

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah dihajar dengan problem sampah berkepanjangan, akhirnya, Pemkot Yogyakarta mendatangkan empat unit  mesin pembakar sampah (Insinerator).

Namun mesin-mesin pembakar sampah tersebut baru bisa dioperasikan mulai tahun 2025 mendatang.

Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Yogya, Lusiningsih, menuturkan, insinerator itu ditempatkan di unit pengolahan sampah yang berlokasi di kawasan Giwangan dan Sitimulyo, Bantul.

Lusiningsih optimis, ketika mesin pembakar sampah bisa dioperasikan, secara bertahap masalah limbah di Kota Yogyakarta dapat berprogres menuju tuntas.

“Insyaallah di Januari akan ada operasional insinerator, itu empat unit. Harapannya di 2025, kami merencanakan itu,” katanya, Rabu (4/12/24).

Oleh sebab itu, Lusi pun tidak bisa menjanjikan polemik sampah ini bakal tuntas pada akhir 2024, selaras dengan target yang dibebankan oleh Kementerian Lingkungan Hidup.

Menurutnya, Kota Yogya masih berproses untuk menemukan formula terbaik dalam menangani masalah sampah di tengah keterbatasan lahan.

“Kita sudah ada neraca yang ingin kita capai. Kalau 100 persen selesai sepertinya berat, tapi kita harus yakin. Kalau sempurna tidak bisa, karena harus memperbaiki kondisi-kondisi dulu,” urainya.

Lusiningsih  berharap, meskipun tahun depan mesin pembakar sampah sudah dioperasikan, seluruh elemen masyarakat tetap berperan aktif dengan memilah dan mengelola sampah secara mandiri.

Namun, ia menyadari, untuk memunculkan kesadaran tersebut, dibutuhkan proses edukasi yang panjang, sebagai upaya membangun sebuah budaya.

“Harus bertahap, butuh proses panjang. Karena proposisi sampah ini kan hampir setiap hari. Kita pun melakukan evaluasi sampah ini hampir setiap hari,” cetusnya.

“Walaupun sudah punya unit pengolahan sampah, kita harus tetap mendorong masyarakat untuk melakukan pemilahan dan pengelolaan,” imbuh Lusi.

Terlebih, ia menyebut, dengan status salah satu daerah kunjungan pariwisata utama di tanah air, potensi lonjakan produksi sampah bisa terjadi sewaktu-waktu.

Khususnya, saat momentum libur panjang, atau ketika ada event-event besar yang berlangsung di wilayah Kota Pelajar.

“Maka, kita juga butuh peran pihak lain, nggak bisa DLH sendiri. Nanti DLH juga akan bekerjasama dengan pihak-pihak lain, bisa perkantoran atau badan usaha yang ada di kota,” pungkasnya.

Exit mobile version