Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Dialog Kebudayaan Desa Pancasila Tanamkan Nilai Inklusif Generasi Muda

Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) menggelar sarasehan bertajuk “Dialog Kebudayaan Desa Pancasila dan Penanaman Nilai Inklusif Generasi Muda”, Kamis (19/12/2024), di Aula Fisip UNS. Istimewa

SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sebelas Maret (FISIP UNS) menggelar sarasehan bertajuk “Dialog Kebudayaan Desa Pancasila dan Penanaman Nilai Inklusif Generasi Muda”, Kamis (19/12/2024), di Aula Fisip UNS. Kegiatan tersebut sebagai upaya membangkitkan kembali nilai-nilai Pancasila melalui kekayaan budaya lokal.

Sarasehan diawali dengan sambutan Prof Argyo Demartoto selaku Kaprodi Sosiologi FISIP UNS. Dalam sambutannya, Prof Argyo menjelaskan pentingnya menghargai perbedaan, toleransi, menjaga solidaritas seperti nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Ia juga mengapresiasi dosen, NGO, pemerintah dan seluruh pihak yang menggagas kegiatan tersebut. Selanjutnya, perwakilan Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia sekaligus alumni Prodi Sosiologi FISIP UNS, Santoso dalam sambutannya menekankan pentingnya kebudayaan dalam memperkuat nilai Pancasila di kalangan generasi muda.

“Mahasiswa memiliki peran penting, karena di masa depan bahwa mahasiswa yang akan melanjutkan estafet terkait kemajuan kebudayaan. Terdapat berbagai bentuk kemajuan kebudayaan yang dapat dilakukan. Salah satunya besok yang tercermin di Serut Podomoro Festival yang akan mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila di Desa,” ujarnya.

Sementara itu, sarasehan juga menghadirkan pegiat Serut Podomoro Festival serta perangkat desa Ngringo, yang mengangkat tema festival “Kebudayaan Desa Pancasila dan Penanaman Nilai Inklusif Generasi Muda”. Berjalannya diskusi, dibantu oleh Arum Setiadi Vokalis The Mudub sebagai moderator.

Sarasehan dibuka dengan diskusi tentang tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjaga kerukunan antar golongan. Termasuk munculnya gerakan terorisme, perpecahan sosial, dan segregasi budaya yang terjadi di berbagai lapisan masyarakat Indonesia pasca-konflik 2000-an. Hal ini menjadi semakin relevan dengan meningkatnya ketegangan sosial yang mengancam kesatuan bangsa.

Dalam sesi diskusi, antusiasme ditunjukkan para peserta. Hal ini nampak dari banyaknya pertanyaan yang ditujukan kepada narasumber terkait peran generasi Z dalam kegiatan festival Serut Podomoro. Prihatsari

Exit mobile version