Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Penerapan Modalitas Terapi Fisik Terhadap Tulang Belakang pada Pasien Saraf Terjepit (Herniated Nucleus Pulposus)

Ilustrasi penderita syaraf terjepit | tribunnews

Refania Naylun Najah
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Kehamilan merupakan masa yang sangat kompleks bagi wanita. Namun, kehamilan pada rentang usia diatas 35 tahun sangat rentan dan dapat memicu resiko yang lebih tinggi. Pada usia yang tidak lagi muda, tubuh manusia akan mengalami penurunan fungsi organ, serta penuaan jaringan dan sel-sel tubuh. Penuaan sel dapat mempengaruhi jaringan tubuh sehingga menyebabkan penurunan fungsi sel seiring berjalannya waktu. Penurunan fungsi sel dikenal dengan penyakit degeneratif.

Faktor degeneratif terjadi akibat penuaan sel-sel tubuh dan menurunnya fungsi organ. Selain nutrisi yang cukup, melatih fleksibilitas pada masa kehamilan juga menjadi hal yang penting. Mengingat tingginya angka penderita nyeri punggung pada bagian tulang belakang yang menyerang lansia dan ibu hamil. Nyeri punggung pada bagian tulang belakang dapat disebabkan oleh Herniated Nucleus Pulposus. Herniated Nucleus Pulposus atau lebih dikenal dengan istilah saraf terjepit dapat terjadi pada bagian tubuh yang memiliki saraf seperti leher, pergelangan tangan, dan punggung.

Herniated Nucleus Pulposus atau saraf terjepit merupakan kondisi di mana nucleus pulposus keluar kemudian menekan kanalis spinalis melalui annulus fibrosus yang pecah. Ketika annulus fibrosus pecah dan mengeluarkan cairan nucleus polposus yang mengenai kanalis spinalis, maka akan menyebabkan rasa nyeri pada bagian lumbal. Rasa nyeri tersebut dapat berpengaruh pada sistem gerak pada bagian punggung belakang hingga ke bawah. Hernia Nukleus Pulposus pada bagian lumbal merupakan penyebab dari nyeri punggung bawah. Sebanyak 30% hingga 80% kasus Low Back Pain disebabkan oleh adanya degenerasi pada bagian lumbal seperti Hernia Nukleus Pulposus.

Gejala klinis dari Hernia Nucleus Pulposus umumnya berupa munculnya rasa nyeri di punggung bagian bawah yang disertai oleh kram otot. Rasa nyeri pada bagian punggung bawah dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Rasa tidak nyaman akibat Herniated Nucleus Pulposus dapat menyebabkan gangguan tidur dan berujung stress. Sebanyak 40% penderita HNP mengalami kesulitan tidur dan 25% diantaranya harus dirawat inap untuk memudahkan evaluasi lebih dalam lagi. Kesulitan dalam menahan rasa kantuk dan ketika akan tidur merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita Herniated Nuckeus Pulposus.

Faktor penyebab Hernia Nucleus Pulposus dapat dikaitkan dengan pekerjaan dan biasanya timbul pada rentang usia 30-50 tahun. Genetik, obesitas, kebiasaan postur tubuh yang salah dan pekerjaan yang berkaitan dengan mengangkat beban berat juga dapat memicu terjadinya saraf terjepit. Hernia Nucleus Pulposus umumnya terjadi ketika terlalu sering melakukan kegiatan berulang yang menyebabkan trauma pada tulang belakang dan berakibat nyeri. Duduk dengan posisi yang benar, melakukan peregangan pada tulang belakang, dan melakukan aktivitas yang melatih kelenturan merupakan langkah untuk mencegah terjadinya Hernia Nucleus Pulposus. Terapi fisik adalah tindakan atau terapi yang dilakukan untuk meredakan nyeri pada pasien setelah mengalami cidera.

Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang Herniated Nucleus Pulposus menjadi penyebab tingginya angka penderita saraf terjepit. Mengingat peluang seseorang bisa terkena saraf kejepit mencapai 10-15%, namun dapat meningkat pada ibu hamil yang mudah terkena nyeri pinggang. Maka dari itu, Fisioterapi berperan penting dalam memberi edukasi dan pemhaman terkait pencegahan dan penanganan Herniated Nucleus Pulposus. Penanganan saraf kejepit dapat dilakukan dengan paling ringan yaitu konservatif dan penanganan berat seperti operasi. Fisioterapi berperan dalam berbagai macam cara mengatasi nyeri yang disebabkan oleh Herniated Nucleus Pulposus diantaranya dengan terapi fisik seperti Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation (TENS), dan terapi latihan berupa Core Exercise.

Modalitas terapi fisik berupa Infrared (IR), Transcutaneous Electrical Nerve Simulation (TENS), dan Terapi Latihan yang berupa Core Exercise mampu mengurangi spasme otot, nyeri tekan dan nyeri gerak. Terapi fisik juga mampu meningkatkan Lingkup Gerak Sendi, serta peningkatan pada aktivitas fungsional. Terapi dilakukan secara bertahap dan dalam pengawasan professional untuk mencapai hasil yang optimal. Dukungan dari lingkungan dan keluarga sangat penting dalam mempengaruhi hasil terapi pasien. Dengan pendekatan secara emosional, dapat membangkitkan semangat pasien untuk melakukan terapi secara konsisten.

Upaya yang dilakukan dengan modalitas terapi fisik diharapkan dapat membantu meningkatkan fleksibilitas secara signifikan dan mengurangi rasa nyeri akibat saraf terjepit. Dengan latihan terapi yang konsisten serta dukungan keluarga yang baik dapat memberikan peluang untuk perkembangan yang optimal dan mencegah terjadinya dampak jangka panjang. Dapat disimpulkan secara keseluruhan bahwasanya terapi fisik merupakan upaya penting untuk mengurangi rasa nyeri dan meningkatkan fleksibilitas. [*]

Refania Naylun Najah

Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Malang

 

 

 

Exit mobile version