Beranda Umum Opini Penerapan Terapi Fisik terhadap Kasus Frozen Shoulder pada Anak Usia Produktif

Penerapan Terapi Fisik terhadap Kasus Frozen Shoulder pada Anak Usia Produktif

Ilustrasi kasus frozen shoulder | freepik
Kafka Riham Aaliyah
Mahasiswa Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Padatnya kesibukan membuat sebagian  besar aktivitas sehari hari melibatkan pergerakan. Untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit atau gangguan dalam kehidupan, dibutuhkan langkah-langkah efektif yang dapat diterapkan individua tau kelompok dalam bentuk penerapan perawatan fisik dan mental yang tepat setiap hari. Kegiatan fungsional untuk memastikan gaya hidup sehat. Jika aktivitas fisik (olahraga) tidak dilakukan dengan benar dan tepat, maka fungsi gerak dan motorik dapat terganggu.

Banyak dari generasi muda menunjukkan kecenderungan untuk menjalani kehidupan yang energik, aktif, dan kerap terlibat dalam berbagai kegiatan. Anak-anak muda terlibat secara aktif dalam berbagai aktivitas, seperti olahraga, hiburan, dan pekerjaan yang memerlukan kekuatan fisik. Beberapa dari kegiatan tersebut akan memberikan  banyak tekanan pada gerak sendi. Sebagai akibatnya, generasi muda mulai mengalami gangguan penyakit. Dalam praktik terapi fisik, kita sering menjumpai pasien dengan berbagai gangguan dan keterbatasan mobilitas yang berdampak signifikan terhadap pergerakan dan gerak fungsi tubuh, terutama saat melakukan aktivitas sehari-hari. Keterbatasan gerak ini tidak hanya terbatas pada gerak aktif saja, namun juga terlihat pada saat melakukan pemeriksaan pasif.

Gangguan pada fungsi gerak dapat ditangani oleh fisioterapi. Fisioterapi merupakan pelayanan kesehatan yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas hidup seseorang serta memulihkan gerak dan fungsi tubuh manusia. Fisioterapis berperan penting dalam menangani kasus yang menggangu aktivitas sehari-hari seperti terkena cedera dan gangguan fisik. Gangguan tersebut dapat ditangani menggunakan metode manual untuk meningkatkan kemampuan gerak (Ikatan Fisioterapi Indonesia, 2020).

Salah satu kasus yang dapat ditangani oleh fisioterapi yaitu frozen shoulder. Frozen shoulder merupakan keadaan yang membuat  kapsul sendi memendek dan meradang. Gejala frozen shoulder termasuk muskuloskeletal umum yang ditandai dengan keterbatasan sendi bahu di area pola kapsuler. (Iqbal dkk., 2020). Permasalahan utama yang berhubungan dengan capsulitis adhesive yaitu  nyeri dan rasa sakit yang dapat menyebar ke otot bisep. (Ramirez, 2019).

Adapun beberapa fase frozen shoulder. Pasien pada fase nyeri yang parah mengalami gangguan tidur. Pada fase tersebut penderita sulit untuk menggerakkan bahunya sehingga membuat kekakuan bahu semakin meningkat. Pada akhir fase nyeri, volume kapsul secara signifikan semakin berkurang. Adapun fase freezing ditandai dengan hyperplasiasinovial yang berhubungan dengan proliferasi fibroblastik di dalam kapsul sendi glenohumeral. Nyeri sering kali disertai dengan kekakuan. Meskipun patofisiologi sinovial membaik pada pasien yang berada di fase pembekuan, adesi terjadi dalam kapsul diikuti penurunan volume intra-articular dan kapsul sendi.

*****

Frozen shoulder merupakan penurunan progresif rentang gerak aktif dan pasif (ROM) yang disebabkan kontraktur sendi glenohumeral, serta hilangnya seluruh rentang gerak sendi glenohumeral terutama kelainan bahu yang ditandai dengan nyeri saat bergerak. Gangguan ini awalnya ditandai dengan nyeri pada bahu, namun lama kelamaan nyeri semakin meningkat sehingga menyebabkan gerak menjadi terbatas dan  sendi bahu mengalami kekakuan. (Erwin dkk, 2020).

Frozen shoulder disebabkan oleh kekakuan pada kapsul sendi bahu yang membuat pola kapsuler mengalami keterbatasan gerak. Pola kapsular bahu menunjukkan rotasi eksternal terbatas dibandingkan rotasi internal. Salah satu gerakan yang terhambat adalah abduksi bahu, dimana terjadi gerakan berupa translasi kaudal pada saat melakukan gerakan abduksi. Aktivitas seperti menyisir rambut, berpakaian, melakukan pekerjaan rumah, berolahraga, bekerja, dan pergi ke sekolah dapat menyebabkan frozen shoulder.

Secara  klinis, frozen  shoulder dikategorikan  sebagai  nyeri yang  dapat  merusak  sendi  bahu. Gejala frozen shoulder mengakibatkan kecacatan  ekstremitas  atas dan keterbatasan fungsi yang  signifikan. Frozen shoulder memiliki tanda yang paling umum yaitu saat malam hari rasa nyeri biasanya terjadi dan membuat tidur sulit sehingga menyebabkan gangguan tidur yang terfokus pada bahu yang tidak terinfeksi. (Febrianto & Khairunnisa, 2024).

Rasa sakit yang berhubungan dengan  bahu  beku digambarkan  sebagai  nyeri  tumpul dan  mungkin  menjalar  ke  bisep. Nyeri tumpul digambarkan sebagai rasa sakit pada bahu yang mengalami frozen shoulder. Rasa sakit merangsang dan terasa saat mengangkat lengan dan meletakkan tangan di punggung. Frozen shoulder membuat gerak sendi menjadi terbatas pada gerakan fleksi, abduksi, adduksi, rotasi internal, dan rotasi eksternal (khumairoh et al.,2022).

Keterbatasan mobilitas sendi dapat memengaruhi kemampuan fungsional seperti  memakai pakaian, menggapai benda dari tempat tinggi, membawa benda berat, atau membawa barang di saku belakang celana. Hilangnya fungsi gerak sendi dapat memengaruhi kualitas hidup pasien dengan bahu beku. Selain itu, tindakan peregangan dan mobilisasi sendi secara efektif daoat mengurangi kekakuan pada kapsul sendi glenohumeral. (Prastowo., et al 2023). Keterbatasan gerak sendi dapat mengganggu aktivitas fungsional seperti memakai pakaian, membawa benda berat, mengambil barang pada ketinggian dan menyisir rambut. Hilangnya mobilitas sendi dapat mempengaruhi kualitas hidup pasien yang menderita kasus frozen shoulder. Selain itu, latihan peregangan dan mobilisasi sendi secara efektif dapat mengurangi kekakuan kapsul sendi glenohumeral.

Baca Juga :  Pengaruh Pengelolaan Bentuk Tempat Duduk Terhadap Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Sekolah Dasar

Adapun beberapa fase frozen shoulder. Penderita pada fase nyeri, penderita mengalami nyeri spontan yang terkadang parah dan mengganggu tidur. Pasien takut untuk menggerakkan bahunya sehingga meningkatkan kekakuan bahu. Pada akhir fase nyeri, volume kapsul glenohumeral berkurang secara signifikan. Pasien pada fase freezing ditandai dengan hyperplasiasinovial yang berhubungan dengan proliferasi fibroblastik di dalam kapsul sendi glenohumeral. Nyeri sering kali disertai dengan periode kekakuan Meskipun patofisiologi sinovial membaik  pada pasien pada fase pembekuan, adesi terjadi dalam kapsul diikuti penurunan volume intra-articular dan kapsul sendi.

Nyeri bahu beku secara bertahap memburuk dan seringkali membuat sulit untuk tidur pada sisi yang terkena. Nyeri mulai mereda setelah beberapa bulan, namun selama waktu tersebut kekakuan menjadi semakin parah dan berlanjut hingga 6 hingga 12 bulan setelah nyeri mereda. Perlahan pasien menjadi bisa bergerak kembali, namun tidak normal lagi. Masalah lambatnya proses pengobatan membuat pemulihan fungsional dari frozen shoulder menjadi sulit. Tentu saja hal ini  menjadi masalah dan tantangan besar bagi penanganan medis, terutama bagi ahli terapi fisik dalam hal program rehabilitasi bahu beku. (Kurniawan, 2021)

*****

Penyakit sendi bahu seperti frozen shoulder jika penanganan terlambat akan menyebabkan kondisi yang lebih parah, ditandai dengan terbatasnya mobilitas aktif dan pasif seluruh gerakan sendi bahu. Hal ini terjadi karena kontraksi kapsul tuberositas mayor, penebalan ligamen korakohumeral, dan pengurangan celah normal antara kaput humerus dan fossa glenoidalis.Akibat peradangan kronis terhadap gerakan mengurangi suplai makanan dan menyebabkan jaringan di dalam kapsul sendi hancur menjadi nekrotik. Akibat proses di atas, kapsul sendi berkontraksi yang menyebabkan perlengketan dan hilangnya elastisitas. Atrofi biasanya terjadi pada semua sisi kapsul sendi dan ditandai dengan terbatasnya gerakan rotasi eksternal dan abduksi sendi bahu. Hal tersebut pada akhirnya menyebabkan terbatasnya mobilitas sendi bahu.

Terapi fisik merupakan perawatan medis yang menggunakan terapi manual, Gerakan yang modifikasi, keterlibatan peralatan, dan komunikasi untuk  mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerakan dan fungsi tubuh seseorang. Oleh karena itu, terapis sebagai tenaga medis memiliki peran sebagairehabilitasi dan pemulihan pasien penderita frozen shoulder. (Rosadi, R., et al 2021).

Penanganan frozen shoulder umumnya melibatkan berbagai metode. Salah satu penyembuhan yang mulai mendapatkan perhatian adalah terapi fisik, yang meliputi Teknik pemijatan untuk meredakan kekakuan dan mempercepat proses penyembuhan. Terapi  fisik dapat membantu melonggarkan dan mengurangi kekakuan otot. Sebagian besar kasus menunjukkan bahwa pengobatan terapi fisik mampu mengatasi bahu beku. Terapi fisik mempunyai tempatnya di setiap fase bahu beku, mulai dari fase pembekuan hingga pencairan. Terapi fisik tetap menjadi pilihan pengobatan utama dan inti dalam merawat pasien dengan bahu beku.

Latihan peregangan merupakan latihan aktif dan pasif untuk otot dan persendian. Peregangan merupakan upaya untuk mengaktifkan tulang belikat pasien bahu yang membeku dan memulihkan gerakan yang menyebabkan ketidaknyamanan (Pragassame dkk., 2019). Terapi peregangan bertujuan untuk memperkuat otot melalui relaksasi yang dapat mengurangi rasa sakit, mobilitas sendi menjadi meningkat, dan menjaga elastisitas otot. Terapi peregangan termasuk terapi olahraga untuk meningkatkan rentang gerak sendi bahu kanan. Gerakan yang dilakukan pada saat peregangan didasarkan pada batasan gerakan searah dengan pola kapsuler.

*****

Fisioterapi memiliki peran yang sangat penting dalam menangani gangguan frozen shoulder yang merupakan gangguan pada sendi bahu. Frozen shoulder ditandai dengan nyeri dan keterbatasan rentang gerak. Terapi fisik bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan fleksibilitas, dan memperbaiki fungsi sendi bahu. Fisioterapis menggunakan berbagai teknik, seperti peregangan, mobilisasi sendi, penguatan otot, dan teknik pemijatan, untuk membantu meredakan kekakuan dan mempercepat pemulihan. Dengan intervensi yang tepat dan teratur, terapi fisik dapat mengembalikan mobilitas bahu, mengurangi nyeri yang mengganggu, serta meningkatkan kualitas hidup pasien, terutama pada generasi muda yang aktif secara fisik.

Baca Juga :  Pengaruh Aplikasi Tiktok terhadap Perilaku Sosial dan Karakteristik pada Anak Remaja

Latihan peregangan sering kali digunakan dalam terapi fisik untuk kasus bahu beku. Peregangan bertujuan untuk mengurangi kekakuan pada sendi bahu dengan meningkatkan elastisitas jaringan ikat yang ada di sekitar sendi. Terapi fisik dimulai dengan latihan ringan dan dilakukan secara bertahap untuk meningkatkan rentang gerak. Hal tersebut memungkinkan penderita untuk mengurangi peningkatan rasa sakit yang sering terjadi ketika mencoba melakukan gerakan. Latihan peregangan dapat membantu meningkatkan aliran darah ke area yang terkena bahu beku. Ketika jaringan ikat atau otot menjadi kaku, sirkulasi darah ke area tersebut dapat dibatasi. Peregangan yang dilakukan dengan tepat akan merangsang sirkulasi darah, sehingga tubuh memperoleh oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan untuk proses penyembuhan.

Latihan penguatan otot membantu penderita untuk menguatkan otot di sekitar bahu. Penguatan otot penting untuk membantu meningkatkan penggunaan sendi. Latihan penguatan penting untuk mengembalikan stabilitas pada bahu dan memudahkan penderita frozen shoulder untuk menggerakkan  bahu tanpa adanya rasa sakit yang berlebihan. Latihan penguatan otot sangat efektif untuk mempercepat pemulihan frozen shoulder.

Selain itu latihan menggunakan teknik pemijatan juga berpengaruh bagi bahu kaku. Pemijatan dapat mempercepat proses penyembuhan kasus frozen shoulder. Teknik pemijatan dapat membantu mengurangi peradangan pada sendi bahu yang merupakan salah satu penyebab utama rasa sakit pada frozen shoulder. Pemijatan secara teratur  dapat membantu menjaga kesehatan otot dan jaringan ikat yang ada di sekitar sendi bahu. Penggunaan terknik yang benar dan tepat pada pemijatan dapat membantu mempercepat proses pemulihan frozen shoulder.

Terapi fisik bertujuan untuk mencegah agar frozen shoulder tidak dapat kambuh. Terapi fisik dengan memperkuat otot bahu dan meningkatkan fleksibelitas sendi membantu penderita meningkatkan kualitas gerak dan fungsi bahu. Terapi fisik membutuhkan waktu yang berbulan-bulan untuk proses pemulihan, akan tetapi tergantung pada fase dan tingkat keparahan gejala frozen shoulder. Menjalani terapi fisik secara teratur dan disiplin dapat memperbaiki dan mengurangi rasa sakit pada nyeri frozen shoulder. Keterlibatan penderita frozen shoulder dalam mengikuti terapi yang teratur akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

*****

Penerapan terapi fisik sangat penting untuk mengurangi rasa nyeri pada gangguan frozen shoulder. Frozen shoulder merupakan penurunan progresif rentang gerak aktif dan pasif yang disebabkan oleh fibrosis progresif dan kontraktur sendi glenohumeral, serta hilangnya seluruh rentang gerak sendi glenohumeral terutama kelainan bahu yang ditandai dengan nyeri saat bergerak. Frozen shoulder dapat berdampak negatif pada gerak dan fungsi sendi. Tanpa penanganan yang tepat, penderita frozen shoulder khususnya generasi muda akan mengalami resiko jangka Panjang. Oleh karena itu terapi fisik yang tepat dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang.

 

Penanganan terapi fisik seperti peregangan, penguatan otot dan pemijatan bertujuan untuk membantu proses pemulihan gangguan frozen shoulder. Terapi fisik membutuhkan waktu yang berbulan-bulan untuk proses pemulihan, akan tetapi tergantung pada fase dan tingkat keparahan gejala frozen shoulder. Menjalani terapi fisik secara teratur dan disiplin dapat memperbaiki dan mengurangi rasa sakit pada nyeri frozen shoulder. Keterlibatan penderita frozen shoulder dalam mengikuti terapi yang teratur akan mendapatkan hasil yang memuaskan.

Upaya yang dilakukan diharapkan dapat membantu penderita untuk memulihkan gerak dan fungsi bahu, sehingga generasi muda dapat menjalani aktivitas sehari-hari tanpa adanya gangguan. Dengan dibantu Fisioterapis, terapi fisik memberikan peluang dalam pencegahan kekakuan dimasa depan. Secara keseluruhan, penerapan terapi fisik dapat membantu banyak orang termasuk generasi muda melakukan aktivitas sehari-hari, menjaga kesehatan tubuh, mencegah cedera, dan meningkatkan kualitas hidup secara keseluruhan. [*]