Olahraga merupakan bentuk kompetitif dari aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan bakat dan keterampilan fisik seseorang sekaligus menjadi hiburan bagi pemain maupun penonton. Latihan olahraga yang tidak terprogram dapat menimbulkan dampak negatif yang semakin besar yaitu, kelelahan dan cedera. Cedera olahraga didefinisikan sebagai cedera yang terjadi pada tubuh saat seseorang berolahraga atau saat melakukan latihan fisik tertentu. Cedera dapat terjadi pada berbagai bagian tubuh seperti otot, tulang, ligament, atau organ lainnya. Biasanya cedera menyebabkan rasa sakit, pembengkakan, memar, dan kesulitan bergerak di bagian tubuh yang terkena.
Salah satu cedera yang sering terjadi pada atlet yaitu cedera pada ankle. Ankle merupakan bagian tubuh yang mudah terjadi cedera dan diprediksi memperoleh 19% dari semua cedera olahraga. Secara umum cedera ankle merupakan cedera pada pergelangan kaki yang sering terjadi akibat trauma, aktivitas olahraga, atau gerakan yang salah. Cedera ini biasanya melibatkan ligamen, tendon, otot, tulang, atau kombinasi dari struktur-struktur tersebut di sekitar sendi pergelangan kaki. Cedera ankle memiliki derajat keparahan yaitu, grade I (ringan) ditandai dengan adanya ligament meregang, nyeri, kaku, akan tetapi masih dapat berjalan, grade II (sedang) ditandai dengan adanya ligamen yang robek sebagian, bengkak, nyeri, sehingga mengakibatkan sulitnya dalam berjalan, dan grade III (berat) ditandai dengan adanya ligamen yang robek secara total, nyeri yang luar biasa yang kemudian mengakibatkan tidak dapat digerakan.
Cedera ankle dapat terjadi akibat mekanisme gerakan menyamping atau gerakannya ke arah dalam telapak kaki (lateral). Biasanya pada atlet bola voli disebabkan oleh gerakan mendarat dengan posisi kaki yang salah serta kurangnya pemanasan dan peregangan. Gerakan tersebut menyebabkan ligamen yang mengikat tulang sendi mengalami peregangan atau robekan secara berlebihan.
Kasus cedera pada ankle 75% merupakan ankle sprain. Cedera ankle sprain dapat terjadi karena terkilir secara mendadak dilanjutkan adanya respon dari tubuh dengan ditandai peradangan yang terdiri dari rubor (merah), kalor (panas), tumor (bengkak), dolor (nyeri), dan penurunan fungsi (functiolaesa). Pembuluh darah dilokasi cedera atau bagian ankle akan melebar yaitu terjadi vasodilatasi dengan maksud untuk mengirim lebih banyak nutrisi dan oksigen dalam mendukung penyembuhan. Pelebaran pembuluh darah itulah yang mengakibatkan bagian ankle yang cedera terlihat memerah (rubor). Cairan darah yang banyak dikirim ke lokasi cedera akan merembes keluar dari kapiler menuju ruang antar sel dan menyebabkan bengkak (tumor).
Mayoritas individu yang mengalami sprain ankle menganggap remeh gejala nyeri yang dirasakan. Sebuah studi menunjukkan bahwa pravelensi sprain ankle tergolong tinggi, tetapi hanya 50% individu yang mencari pengobatan. Apabila hal tersebut tidak ditangani dengan baik dalam jangka waktu panjang maka akan beresiko terjadinya ankle instability yang dapat menimbulkan cedera berulang hingga gangguan berjalan akibat penurunan propioseptif sendi dan kelamahan otot. Adanya gangguan berjalan tersebut menyebabkan ketidakseimbangan beban kompresi pada sendi lainnya yang secara progresif dapat menambah kerusakan baru dan meningkatkan risiko degenerasi jangka panjang. Oleh sebab itu, penting untuk mengetahui cara terbaik dalam mengobati dan merehabilitasi kejadian lateral ankle sprain.
Pemahaman masyarakat mengenai peran fisioterapi masih sangat rendah padahal peran fisioterapi sangat dibutuhkan untuk seseorang yang mengalami cedera. Pada kasus cedera ankle fisioterapi berperan memberikan terapi latihan untuk membantu mengembalikan fungsi ankle kembali ke normal. Terapi latihan merupakan gerakan tubuh, postur, atau aktivitas fisik yang dilakukan secara sistematis dan terencana guna memberikan manfaat bagi pasien untuk memperbaiki atau mencegah gangguan, meningkatkan, mengembalikan, dan menambah fungsi fisik, mencegah atau mengurangi faktor resiko terkait kesehatan, mengoptimalkan kondisi kesehatan, kebugaran, atau rasa sejahtera secara keseluruhan.
Cedera pada atlet bola voli harus mendapatkan penanganan awal yang tepat agar para atlet tidak mengalami cedera yang berkelanjutan dan memerlukan metode serta teknik penanganan yang tepat dan efektif. Teknik PRICE merupakan teknik yang ditujukan untuk melindungi area yang mengalami cedera sehingga tidak bertambah buruk. Teknik tersebut terdiri dari Protection (melindungi area cedera), Rest (peristirahatanarea cedera), Ice (kompres es area cedera), (penekanan pada area cedera), dan Elevation (meninggikan area cedera). Metode tersebut merupakan cara yang paling umum digunakan untuk mengatasi cedera ringan seperti keseleo, memar, dan robekan otot.
Sementara itu, intervensi komprehensif yang umum diberikan pada penderita sprain ankle berupa elektroterapi dengan ultrasound dikombinasikan dengsan kinesiotapping. Pemberian ultrasound bertujuan untuk menurunkan nyeri melalui efek mekanik berupa micromassage pada jaringan melalui panas yang dihasilkan dari gelombang yang diserap dan dipantulkan serta efek fisiologis untuk menimbulkan reaksi radang baru agar terjadi proses penyembuhan luka. Tambahan penggunaan kinesiotapping pada fase akut dapat melindungi ankle agar tidak terjadi cedera lebih lanjut dan bermanfaat dalam mengurangi bengkak dan meningkatkan propioseptif pada pergelangan kaki.
Fisioterapi juga dapat menggunakan modalitas TENS (transcutaneous electrical nerve) dengan terapi latihan yang meliputi quadricep setting, hamstring setting, ankle theraband, dan calf Raise. Transcutaneous Electrical Nerve Stimulation merupakan intervensi fisioterapi yang bekerja dengan memblok nyeri disekitar bagian cedera menggunakan tenaga listrik kekuatan rendah yang dialirkan melalui elektroda yang ditempelkan pada area nyeri. Arus listrik pada TENS dapat menstimulus sel neuron sensory dengan diameter luas agar masuk ke dalam gerbang disubtansia gelatinosa untuk mencegah sel nociceptor yang berdiameter lebih kecil untuk menyampaikan informasi ke otak sehingga rangsangan nyeri tidak disalurkan ke otak dan nyeri dapat berkurang.
Selain itu, terapi rehabilitasi seperti latihan gerak sendi, penguatan otot, dan latihan keseimbangan sangat penting untuk mengembalikan fungsi sendi dan mencegah cedera terulang. Alat bantu seperti penyangga ankle atau perban elastis juga dapat digunakan untuk memberikan stabilitas tambahan selama proses pemulihan. Latihan keseimbangan membSelain itu, terapi rehabilitasi seperti latihan gerakan sendi, penguatan otot, dan antu tubuh lebih waspada terhadap posisi sendi, sehingga risiko terkilir dapat dikurangi. Pemulihan yang baik membutuhkan bimbingan fisioterapis untuk memastikan terapi dilakukan sesuai kebutuhan. Sebaiknya hindari aktivitas berat sebelum pergelangan kaki benar-benar pulih untuk mencegah cedera yang lebih parah.
Maka dari itu, fisioterapi berperan penting dalam membantu atlet bola voli yang mengalami cedera ankle agar dapat pulih dengan baik. Fisioterapis akan mengevaluasi kondisi cedera dan memberikan perawatan yang sesuai, seperti mengurangi nyeri dan bengkak. Setelah itu, fisioterapi akan memberikan latihan untuk memperkuat otot pergelangan kaki, melatih keseimbangan, dan mengembalikan gerakan normal. Fisioterapis juga mengajarkan cara mencegah cedera, seperti teknik pendaratan yang benar dan pemilihan sepatu yang sesuai. Dengan bantuan fisioterapi, atlet dapat kembali bermain dengan aman dan mengurangi risiko cedera terulang. [*]