Beranda Daerah Sukoharjo Tim Hibah 1062 MBKM UNS Gelar Pelatihan Budikdamber dan Inovasi Pakan Lele...

Tim Hibah 1062 MBKM UNS Gelar Pelatihan Budikdamber dan Inovasi Pakan Lele untuk Atasi Stunting di Desa Seyegan, Sukoharjo

Tim Hibah 1062 MBKM UNS sedang berfoto bersama dengan ibu-ibu KWT Guyub Rukun Desa Seyegan, Kecamatan Sukoharjo | Foto: Istimewa

SUKOHARJO, JOGLOSEMARNEWS.COM Desa Seyegan, Kecamatan Sukoharjo, menghadapi tantangan serius terkait dengan stunting, yakni salah satu persoalan yang kini menjadi fokus perhatian pemerintah.

Sebagai langkah konkret untuk mengatasi masalah tersebut,  Tim Hibah 1062 MBKM Universitas Sebelas Maret (UNS) bekerja sama dengan Kelompok Wanita Tani (KWT) Guyub Rukun Desa Seyegan menggelar pelatihan bertema pemberdayaan masyarakat.

Kegiatan yang berlangsung pada Jumat (13//12/2024) itu mengusung agenda utama Pelatihan Budidaya Ikan dalam Ember (Budikdamber) dan pengenalan inovasi pakan lele berbasis limbah, yaitu BioNutriFeed.

“Sukoharjo menjadi salah satu kabupaten dengan tingkat stunting yang cukup tinggi. Adanya acara ini diharapkan dapat membantu mengurangi angka stunting, terutama di Desa Seyegan,” ujar Sari Padma Wijayanti, salah satu tokoh yang hadir dalam acara tersebut.

 Praktis dan Solutif

Kanega Rivaldi Rinaidi selaku perwakilan tim Hibah menjelaskan, Budikdamber, metode budidaya ikan lele dalam ember tersebut menjadi fokus utama dalam pelatihan. Dengan teknik itu, masyarakat dapat memanfaatkan lahan terbatas untuk membudidayakan ikan lele yang kaya protein.

Petrus Jumadi, peternak lele yang berpengalaman selama 16 tahun sekaligus didapuk menjadi pelatih dalam kegiatan itu menjelaskan, bahwa ikan lele memiliki daya tahan hidup yang tinggi, bahkan di lingkungan ekstrem.

“Lele bisa hidup di tempat seperti comberan atau tangki limbah. Artinya, metode budikdamber sangat cocok untuk diterapkan oleh siapa saja, bahkan dengan sumber daya terbatas,” kata Petrus, sebagaimana dikutip dalam rilis ke Joglosemarnews.

Para peserta yang sebagian besar anggota KWT Guyub Rukun mengaku antusias mengikuti pelatihan. Salah satu peserta mengungkapkan, pelatihan itu menjadi solusi atas kegagalan budidaya sebelumnya akibat kurangnya pengetahuan.

Baca Juga :  Ki Warseno Slank di Mata Yati Pesek: Bisa Ngemong Dengan Teman-Teman Seniman

“Dengan acara ini, kami jadi lebih paham cara memulai lagi budidaya lele. Semoga kali ini berhasil,” ujar seorang anggota KWT.

 Inovasi Pakan Berbasis Limbah

Selain pelatihan Budikdamber, Tim Hibah 1062 MBKM UNS juga memperkenalkan inovasi pakan lele berbasis limbah, yaitu BioNutriFeed. Kanega menjelaskan, pakan tersebut dibuat dari bahan sederhana seperti limbah ampas tahu dan bulu ayam yang diolah dengan teknologi tertentu.

Tim Hibah 1062 MBKM UNS sedang berfoto bersama dengan ibu-ibu KWT Guyub Rukun Desa Seyegan, Kecamatan Sukoharjo | Foto: Istimewa

“Ibu-ibu pasti tahu ampas tahu dan bulu ayam. Kedua bahan ini bisa menjadi alternatif pakan lele dengan pengolahan yang tepat. Kandungan proteinnya juga dapat disesuaikan agar mendukung pertumbuhan lele secara optimal,” jelas Kanega.

Kanega menambahkan, ikan lele membutuhkan pakan dengan kandungan protein sekitar 32% agar pertumbuhannya maksimal. Dalam sesi ini, peserta diajarkan langkah-langkah pembuatan pakan mandiri yang hemat biaya namun tetap bergizi tinggi.

 Dukungan Gizi dan Ekonomi

Pelatihan itu bertujuan tidak hanya untuk mendukung ketahanan pangan dan gizi, tetapi juga meningkatkan perekonomian masyarakat. Dengan hasil panen lele yang lebih baik, keluarga di Desa Seyegan dapat memenuhi kebutuhan protein yang berperan penting dalam pencegahan stunting.

Baca Juga :  Prodi Peternakan UNS Ajari Warga Desa Pengkol, Sukoharjo Membuat Silase  untuk Dongkrak Produktivitas Ternak Kambing

“Selain untuk konsumsi keluarga, hasil panen juga bisa dijual untuk menambah penghasilan. Jadi manfaatnya ganda,” ujar salah satu peserta pelatihan.

Kegiatan itu ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Para peserta tampak antusias menggali lebih banyak informasi, baik tentang teknik Budikdamber maupun pengolahan pakan mandiri.

Melalui program tersebut, Desa Seyegan diharapkan mampu menjadi model pemberdayaan masyarakat dalam upaya pencegahan stunting, sekaligus menciptakan inovasi yang bermanfaat secara berkelanjutan. [Redaksi]