SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Kota Solo dinilai berpotensi tinggi melaksanakan program elektrifikasi transportasi umum khususnya bus Batik Solo Trans atau BST. Terkait itu, Universitas Sebelas Maret (UNS) membidik untuk merealisasikan program tersebut koordinasi dengan Pemkot Solo.
Kendati demikian, Dekan Fakultas Teknik (FT) UNS Solo, Wahyudi Sutopo mengatakan realisasi program elektrifikasi transportasi umum di Solo terkendala dua hal. Yaitu belum adanya investasi dan minimnya sumber daya manusia (SDM) terampil.
“Kami UNS melalui program Koneksi, program hibah riset dari Pemerintah Australia ke Indonesia, bisa membantu mencarikan solusi bersama,” ujarnya di sela acara CEO Talk #1 dan Forum Discussion Group (FGD) bertajuk Bus Listrik untuk Dekarbonisasi di FT UNS Solo, Selasa (17/12/2024).
Diakui Wahyudi, elemtrifikasi bus BST membutuhkan investasi yang cukup mahal. Ia menghitung satu unit bus listrik setidaknya membutuhkan dana Rp3 miliar.
“Dengan asumsi Kota Solo membutuhkan 100 bus listrik lengkap dengan sarana penunjang kelistrikan lainnya sekurang-kurangnya membutuhkan anggaran Rp1,2 triliun-Rp1,6 triliun,” bebernya.
Selain itu, elektrifikasi bus BST Solo juga perlu penyiapan energi terbarukan sebagai suplai energi listrik kendaraan. Untuk kebutuhan listrik 100 bus, dibutuhkan 37 mega Watt.
“Sedangkan potensi produksi listrik maksimum di PLTSa Putri Cempo maksimum hanya 5 mega Watt. Dalam hal ini, peluang energi terbarukan bisa diperoleh dari pemanfaatan PLTS terapung di Waduk Cengklik atau Waduk Gajah Mungkur. Dengan mengaktifkan dekarbonisasi memakai energi terbarukan muncul kemungkinan dibutuhkannya tenaga kerja baru dan pertumbuhan ekonomi hijau. Sehingga bus listrik ini bagian dari solusi agar demand listrik naik dan disuplai energi terbarukan sehingga bisa menurunkan biaya,” terang Wahyudi.
Sementara itu, untuk tenaga terampil untuk elektrifikasi bus BST Solo ke depan harus diprioritaskan dari orang-orang lama agar tidak muncul persoalan-persoalan baru. Menurut Wahyudi, posisi driver dan teknisi tidak perlu diubah.
“Hanya perlu dilatih karena perawatan bus listrik lebih mudah dan hanya perlu sertifikasi tertentu. Kami juga akan siapkan, Australia punya teknologi, UNS akan menjadi jembatan untuk melakukan training tenaga terampil elektrifikasi bus karena kami punya tempatnya di Pusbangnis,” imbuhnya. Prihatsari