Beranda Umum Upaya Penerapan Rehabilitasi Rahang terhadap Dislokasi Temporomandibulare Joint

Upaya Penerapan Rehabilitasi Rahang terhadap Dislokasi Temporomandibulare Joint

Ilustrasi penderita dislokasi rahang | tribunnews
Muhamad Abdilah IbdaulHakiki
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang

Ada kebingungan mengenai terminologi yang berkaitan dengan dislokasi mandibula. Beberapa istilah kunci yang sering digunakan dalam konteks ini meliputi hipermobilitas, dislokasi akut, dislokasi jangka panjang, dislokasi rekuren, dan dislokasi habitual. Subluksasi digunakan untuk menggantikan istilah dislokasi ketika pergeseran kondilus ke anterior eminensia bersifat tidak menyeluruh (dislokasi parsial) dan terjadi reduksi secara spontan. Istilah luksasi dan dislokasi dapat dianggap sinonim. Pada dislokasi, kondilus bergeser ke anterior eminensia artikularis dan terjebak akibat spasme otot-otot pengunyahan.

Dislokasi temporomandibula joint (TMJ) bisa  dikategorikan menjadi dua kelompok,yaitu dislokasi akut serta kronis. Dislokasi kronis terbagi menjadi dua yaitu: rekuren dan persisten. Dislokasi rekuren adalah dislokasi Dimana secara berulang dalam waktu yang singkat sehingga gejala tersebut dapat diatasi secara intensif,sedangkan dislokasi persisten adalah gejala yang paling lama dalam penataklasanaanya sehingga sangat akut dalam penataklasanaanya. Kedua gejala tersebut akan diselesaikan sesuai dengan kadar penyakit pada dislokasi sendi temporomandibular rahang bawah maupun rahang atas.

Kelainan temporomandibula (TMJ) merupakan serangkaian kondisi yang menunjukan gejala tanda-tanda yang melibatkan TMJ (temporomandibula joint) dan otot-otot pengunyahan. Gejala tersebut mengakibatkan terjadinya nyeri,sakit kepala,dan tidak bisa mengunyah makanan. Terjadinya pergeseran sendi rahang yang akut akan berkontraksi pada seluruh tubuh sehingga tubuh akan merasakan sakit apabila dislokasi rahang tidak diberikan pertolongan pertama pada penderita dislokasi TMJ. Kasus dislokasi akan menjadi kronis dan dilakukannya pembedahan secara permanen. Adanya rasa sakit yang berkepanjangan sehingga tingkat normal akan lebih sedikit daripada penyakit dislokasi sendi rahang .

Gangguan sendi temporomandibular ialah kondisi fungsi sendi pada otot pengunyahan yang abnormal,cacat,atau terganggu. Gejala tersebut terjadinya benturan antara ligament dan tulang bagian atas maupun bawah yang mengeluarkan suara klik,repitasi,dan grek pada bagian tulang. Perawatan ortondotik dengan cara pembedahan dan pemeriksaan pada bagian deformitas vertical maksilla mengkombinasikan dengan split sagital pada sendi temporomandibular untuk mengatasi pergeseran secara berlebihan yang akut dan kronis pada manusia. Penyakit pada dislokasi akan terus merasakan nyeri apabila tidak direposisi secara manual atau mengembalikan semula tulang pada tempatnya secara intensif.

*****

Sendi Temporomandibular ialah sendi yang menghubungkan antar kranium serta mandibulla dengan tulang rahang. Memungkinkan bergerak sehingga dapat bergerak,membuka,dan menutup mulut. Struktur didalamya terdapat tulang temporal,mandibulla,diskus articular,dan ligament. Sendi tersebut akan bermuara menuju inervasi yang ada di sistem saraf pusat bagian otak.gejala yang ada di rahang yaitu dislokasi sendi temporomandibular yaitu bergesernya rahang ke sisi lateral bagian luar mandibulla dan maksilla yang berakibat rasa nyeri pada bagian rahang dengan berkala dan akut kronis.

Gerakan pengunyahan merupakan interaksi dari beberapa komponen yang terdiri dari gigi geligi, otot-otot pengunyahan dan sendi rahang Temporomandibula joint (TMJ). Gerakan tersebut berakibat pada fossa mandibulla  adanya keteganggan saat tergesernya fossa maxilla ke lateral kepala yang menghasilkan rasa sakit menyeluruh daerah rahang atas. Gejala tersebut akan mensarafi bagian otak dan menyebar ke daerah inervasi yang berada di tubuh seperti arteri,vena,dan nervus bagian rahang atas.

Sendi temporomandibula adalah salah satu bagian sistem stomatognatik yang dapat mengalami masalah pada bagian rahang bawah. Kasus dislokasi temporomandibula joint terjadi karena adanya aktvitas yang spontan seperti tertawa,menguap secara berlebihan,dan menggertakan gigi secara spontan. Kasus dislokasi rahang terjadi adanya pergeseran tulang mandibula ke lateral sehingga penderita tidak bisa berbicara,mengunyah,dan komunikasi. Syarat lain yang juga harus diperhatikan dalam kontrol penyesuaian adalah faktor predisposisi (genetik,hormonal,anatomi)dan faktor kontribusi (parafungsi dan stres jiwa) yang dapat menyebabkan terjadinya perbedaan kualitas dan kuantitas dari ketidaknyamanan sistem stognati. Dengan kata lain,tingkat keparahan pada patologi yang terjadi tergantung dari faktor predisposisi,faktor kontribusi,dan lamanya kebiasaan tersebut berlangsung.

Sistem stomatognati ialah sistem mastikasi yang menggerakan pada bagian tenggorokan yang berfungsi,pengunyahan,penelanan,dan menggertakan gigi. Dan yang menggerakan adalah otot,gigi periodontal,dan hormon yang saling bekerja sama. Adanya komponen yang berkaitan dengan gizi dan serat pada tubuh manusia yang berada di pembuluh darah. Jika salah satu terjadi gangguan pada sistem mastikasi yang berakibat dislokasi akut kronis. Dan akan mengalami ketidakseimbangan pada sistem pencernaan manusia sehingga dapat mengalami gejala yang sangat amat perih pada bagian tulang rahang bagian atas dan bawah.

Prosedur dislokasi sendi temporomandibula bervariasi karena adanya kontraksi antar tulang kranium dan tulang mandibulla yang bergesekan. Meskipun demikian pergeseran kondilus,fossa glenoid,eminentia artikularis,dan zigomatikus. Tulang tersebut akan bergeseran berubah beraturan karena adanya pergeseran hipereksternal menuju lateral kepala. Gejala tersebut mengakibatkan otot pengunyahan tidak berfungsi pada posisinya dikarenakan gejala kronis dislokasi rahang akut kronis. Upaya penataklasanaanya dengan melakukan pembedahan atau pembukaan rahang secara operasi dan memasukan pent guna mereposisi Kembali fungsi rahang.

*****

Sebagian besar dilema dislokasi sebab hipermobilitas ini terjadi implusif saat ekspresi membuka lisan terlalu lebar,misalnya waktu menguap,berteriak,makan,bernyanyi atau pada saat perawatan gigi. Selain itu,ada etiologi lain yang ditimbulkan kelainan anatomi wilayah sendi pasien itu sendiri seperti fossa mandibular yang dangkal serta kondilus yang tidak berkembang menggunakan baik,juga kehilanagan dimensi vertical,anatomi yang abnormal,kerusakan ligament,dan kapsuler yang lemah. Perobekan sendi yang berada di mandibular akan terjadi pembengkakan di bagian rahang tulang mandibulla dan maxilla. Perkara tersebut sangat kronis terjadi di aktivitas sehari-hari pada lisan.

Gangguan sendi temporomandibula merupakan  gangguan yang terjadi di neuromuskular serta musculokeletal dampak disharmoni antara komponen ligament dan sendi yang berakibat pada pergeseran antara tulang kranium dan tulang mandibulla yang saling inflamasi secara bersamaan. Sehingga ada terjadi penyakit yang kronis pada sendi mandibularis bagian lateral akibat kontraksi berlebihan . penyakit tersebut akan menjadi kelainan yang akut dan kronis. Trauma pada pergeseran dislokasi sangat amat bahaya bagi penderitanya dan akan merusak mental Kesehatan fisik,jasmani,dan Rohani pada manusia secara keseluruhan.

Baca Juga :  Asosiasi UMKM Indonesia Tuntut Pembatalan Kenaikan PPN 12 Persen

Etiologi dislokasi pada 60% kasus ditimbulkan oleh syok akibat jatuh,kecelakaan lalu lintas,kecelakaan rumah tangga,dan penyebab lain seperti membuka lisan yang hiperbo;a saat menguap,tertawa,bernyanyi,membuka verbal berkepanjangan dari prosedur mulut serta THT,membuka verbal secara bertenaga dari mekanisme anestesi pemeriksaan pada bagian rahang dan akan ada exercise pada pasien penderita yang .    membuat gejala tersebut terdektesi adanya keluhan dari pasien penderita. Gejala tersebut akan diindetifikasi dan mereposisi secara manual.

Gejala paling umum yang mungkin dialami penderita temporomandibula saat melakukan proses mastikasi adalah sedikit rasa nyeri pada pelipis dan sepanjang rahang bawah. Gejala tersebut mengakibatkan adanya keterlibatan antara tulang mandibula dan maxilla yang saling berkontraksi menimbulkan nyeri,pusing,dan muntah. Gejala kronis pada dislokasi rahang akan berakibat pada masa tua apabila tidak bisa di rawat dengan cara beberapa metode seperti,reposisi manual,pembedahan,dan rehabilitasi pada dislokasi temporomandibular. Timbulnya rasa nyeri karena adanya perobekan ligament dan sendi yang akut pada rahang.

Postur tubuh yang salah jika merupakan satu kebiasaan yang terjadi bertahun-tahun dan seringkali tidak disadari,dapat menyebabkan ketidakseimbangan sendi dan otot,yang pada akhirnya menyebabkan keluhan nyeri pada sistem stomatognati dan struktur sekitarnya. Kesalahan postur tubuh dapat terjadi seperti pada posisi tidur,berbaring,duduk,berjalan,dan aktivitas harian lainnya. Kebanyakan orang tidak sadar akan bahaya tidur menelungkup,tidur pada satu sisi,menjempit telepon diantara kepala dan bahu,berpangku tangan,dan menghentakan leher kanan-kiri. Dan menggertakan gigi secara spontan sehingga terjadi pergeseran tulang rahang bagian bawah sehingga postur rahang yang ada di tulang temporomandibula mengarah ke lateral dari kepala dan sendi rahang tersebut.

Posisi tidur yang salah perlahan-lahan akan menimbulkan gejala-gejala yang disebut Galiffa’s mandibular decubitis syndrome. Etiologi utama adalah trauma pada rahang bawah sebab posisi statis yang salah (mandibular decubitis),bauk posisi tidur,berbaring/duduk bersandar,menjepit telepon antara kepala dan bahu. Dan tidur dalam keadaan mendengkur bisa menyebabkan kesulitan dalam proses mastikasi pada manusia karena terjadinya penjepitan tulang pada rahang yang terbebani oleh otot bagian rahang. Pergeseran tersebut diakibatkan aktivitas secara spontan sehingga tidak menyadari adanya gesekan yang berakibat pada dislokasi mandibulla dan maksilla pada bagian bawah rahang yang akut dan kronis.

Menurut jurnal American Dental Association pada tahun 1990,trauma merupakan penyebab utama kelainan TMJ. Didapatkan 40% dari 90% kasus kelainan TMJ merupakan akibat trauma. Trauma yang sedrhana seperti pukulan pada rahang atau sesuatu yang lebih kompleks seperti yang mengenai kepala,leher,dan rahang. Contoh kasus pada dislokasi sendi pada bagian mobil yang mengeluarkan airbag semakin besar benda tersebut keluar akan pergeseran rahang dikarenakan benda tersebut mengenai wajh yang berakibat fatal. Karena dengan aktivitas yang spontan tulang rahang tidak akan Bersiap dalam menghadapi beban yang ada didepnnya. Kondisi tersebut perlu kita cegah deng cara berhati-hati.

*****

Penanganan dislokasi temporomandibula joint sangat penting bagi kita semua dari segi kelainan,trauma,dan kecelakaan. Sehingga tidak memicu syndrome dengan beberapa metode,pembedahan,dan penataklasanaannya dengan cara manual atau operasi. Kasus dislokasi rahang sangat banyak terjadinya adanya kontraksi antar tulang mandibula dan tulang maxilla yang saling berdekatan diluar dari fungsi. Penataklasanaanya dengan cara oklusi,stomagnati,perawatan,reduksi manual,dan reposisi tulang rahang. Solusi penerapan rehabilitas rahang dengan pertolongan pertama sehingga rasa nyeri tidak berkepanjangan dan menjadi syndrome temporomandibular.

Beberapa metode yang dipergunakan buat mereduksi atau reposisi manual dislokasi akut mandibula anatara lain:(1) metode klasik,pasien didudukan bersandar,ke dua bunda jari operator diberi pelindung agar tidak tergigit serta ditempatkan di gigi molar terakhir mandibula,jari yang lain menahan mandibula sambil menekan mandibula kebawah dan mendorongnya kebelakang.(2) metode Recumbent,pasien dibaringkan terlentang supaya pasien rileks,operator berdiri dibelakang,kedua jari ditempatkan di gigi molar terakhir mandibula menggunakan pelindung,menekan mandibula ke bawah serta menuntun posisinya ke tempat semula. (3) metode wrist pivot,pasien didudukan bersandar,operator menghadap pasienpasien,ke dua jari menahan dagu serta ke-2 tlunjuk berada digigi molar. Mandibula direduksi menggunakan memutar pergelangan operator menuntunnya kembali ke posisi semula.

Terapi oklusal ireversibel ialah Upaya rehabilitasi pada kasus dislokasi rahang dengan memaksimalkan tenaga pembedahan secara intensif. Yaitu dengan cara meletakkan ibujari disisi lateral dari lengkung gigi dan di letakkan  di aspek eksternal inferior mandibulla. Terapa ini dibagi menjadi tiga yaitu:(1) stabilisasi,(2) reposisi,(3) pembedahan. Hal ini bertujuan agar mengembalikan ulang posisi rahang. Rehabilitasi tersebut dapat membantu dalam proses mastikasi secara berkala sehingga rasa nyeri tersebut akan diredakan denga pengobatan yang telah diberikan oleh dokter atau tim medis pada masa perawatan dan penataklasanaanya.

Perawatan yang diberikan untuk gejala akut akan langsung diberikan penanganan pertama sehingga cedera tersebut tidak akan terjadi trauma atau kelainan. Sementara itu tidak ditemukan kasus dislokasi kronis yang memberikan bedah dan lipatan untuk kapsul longgar dan ligamen. Kasus yang diberikan perawatan cmyotomy pterygoideus lateralis melalui pendekatan intraoral. Rehabilitasi secara internal akan lebih spesifik dikarenakan adanya Kesehatan mental pada pasien dan memudahkan tenaga medis dalam penangananya. Penerapan rehabilitasi pada kasus dislokasi sangat dibutuhkan pada penderitanya sehingga penanganan pertama akan lebih ringan daripada pembedahan secara akut.

Teknik pembedahan untuk kasus log-standing bermacam-macam teknik pembedahan dikelompokan berdasarkan lama terjadinya dislokasi dengan tingkat kesulitan reposisi dislokasi. Teknik paling ringan dengan cara indirect reduction yaitu dengan menarik mandibula menggunakan kawat yang dililitkan pada angulus mandibula atau pada sigmoid notch mandibula. Perawatan pasien dengan dengan dislokasi long-standing denagan cara pendekatan pembedahan secara ekstroral,setelah metode reduksi manual dalam anestesi umum tidak berhasil dilakukan. Spasme otot telah terjadi pada kasus dislokasi rahang dengan pemotongan tulang koronoid. Pendekatan pembedahan dari ekstraoral dengan akses submandibular menggunakan insisi linear.

Baca Juga :  Rugikan Negara Rp 300 T Harvei Moeis Hanya Divonis 6 Tahun, Mahfud MD: Mencoreng Rasa Keadilan

Kasus dislokasi TMJ akut telah berhasil dilakukan dengan cara reduksi mandibula manual. Keadaan dislokasi yang berbeda memerlukan penanganan yang tepat dan penanganan yang berbeda memerlukan perawatan yang berbeda pula. Keterlambatan penanganan yang tepat dapat membuat keadaan yang lebih kompleks dan biaya yang lebih besar. Penting umtuk klinisi mengedukasi masyarakat mengenai kondisi dislokasi TMJ agar masyarakat paham mengenai kondisi ini dan tidak keliru dalam mencari pengobatan. Dislokasi TMJ apabila tidak ada pertolongan pertama akan menjadi dislokasi kronis sehingga tidak dapat dicegah selain pembedahan pada kedua rahang di kepala dan direposisi kembali ligament pada sendi temporomandibular. Pertolongan pertama dengan cara mereposisi kembali tulang rahang dengan cara menggunakan tangan dan diberi lapisan kepala agar tidak terjadi pergeseran kembali rahang.

Metode Gags dalah metode yang dilakukan pada dislokasi habitual atau sublukasi sendi TMJ. Yakni dengan merangsang reflek muntah dari pasien maka akan terjadi pembukaan mulut lebih lebar secara spontan,dan kemudian akan kembali ke posisi semula. Rangsang muntah didapat dengan menyentuh dengan jari atau alat lain ke daerah orofarings. Dan metode Gottlieb menggunakan operator berdiri di belakang pasien,dan untuk bersandar pada perut operator. Kedua ibu jari operator ditekankan ke gigi posterior dari samping,dan jari kedua tangan berada dibawah dagu pasien Ibujari menekan kebawah dan jari kedua mengangkat dagu keatas dengan Gerakan rotasi dan dorong ke belakang maka TMJ akan kembali semula. Dengan metode tersebut secara intensif akan terjadi relaxasi pada bagian otot dan sendi yang saling menempel pada komponen yang berada di tulang rahang manusia .

*****

Dislokasi sendi temporomandibula adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran kondilus ke anterior eminensia artikularis dan terifikasi karena spasme otot-otot pengunyahan,biasanya disebabkan oleh pembukaan mulut yang berlebihan seperti menguap,tertawa,anestesi umum,ekstraksi gigi,muntah,atau kejang juga dapat terjadi setelah prosedur endoskopik. Dislokasi anterior dapat terjadi secara unilateral maupun bilateral dan dibedakan manjadi akut,kronik rekuren ataupun kronik. Penataklasanaan dislokasi sendi temporomandibular dengan berbagai metode yang dilakukan tim medis dan merehabilitasi pasca pembedahan pada kasus dislokasi rahang.  

Struktur temporomandibula joint merupakan struktur sendi yang kompleks dan mempunyai fungsi yang spesifik serta mempunyai kelainan yang spesifik kompleks sehingga perlu dilakukan pemerikasaan dengan seksama serta ditindak lanjuti perawatan dan rehabilitasi agar tidak terjadi dislokasi kronis yang berakibat rasa nyeri,panas,dan muntah. Prilaku yang buruk akan berfaktor pada gejala dislokasi sendi dan memengaruhi Kesehatan mental. Membiasakan melihat postur tubuh sebagai petunjuk awal dari adanya suatu kelainan. Perawatan harus dilakukan dengan mengeliminasi faktor etiologi sehingga gejala dislokasi kronis dapat diatasi.

Maka dari itu Solusi penerapan rehabilitasi pada dislokasi sendi temporomandibular yaitu: (1)  membatasi menguap dan tertawa secara berlebihan (2) mengurangi makanan bersifat keras (3) mengurangi gertakan pada gigi (4) menghindari kecelakaan pada bagian rahang (5) mengurangi stress yang menganggu aktivitas (6) tidur satu sisi (7) menjempit handphone ke bahu (8) kondisi gigi crowded (9) pukulan boxing menuju rahang (10) membuka mulut secara spontan. Maka dari itu proses penerapan tersebut harus diimbangi dengan pola hidup yang sehat dan pola makan yang teratur sehingga tidak terjadi adanya pergeseran dislokasi temporomandibular.

Penerapan rehabilitasi dislokasi sendi rahang dengan cara memberikan informasi pada pasien penderita agar selalu menjaga dan merawat rahangnya. Ketika penderita kasus dislokasi terlambat dalam penanganan pertama akan lebih berat dalam pembedahan dan operasi . Banyak penerapan yang dilakukan penderita dislokasi seperti, memperhatikan postur rahang,latihan dan peregangan otot rahang,hindari kebiasaan buruk,atasi masalah yang mendasari,dan perhatikan Kesehatan sendi. Solusi tersebut akan mengurangi kerentanan adanya kasus dislokasi rahang yang baik dan benar. Pencegahan dan perawatan yang tepat adalah kunci untuk menjaga fungsi rahang tetap normal dan menghindari masalah berulang.

Dengan menjaga Kesehatan dalam tubuh manusia terjadi zat-zat pelindung dari banyaknya penyakit. Termasuk pada kasus dislokasi rahang yang kurang dalam perhatian segala aktivitas yang dialami. Dengan menjaga Kesehatan mental dan menjauhi stress akan lebih baik dari pada stress yang berkepanjangan. Lebih baik mencegah daripada menangani penyakit yang berakibat fatal pada tubuh manusia. Sebagai tim medis harus saling mengedukasi tentang Kesehatan sesama manusia agar tidak kesalahpahaman masalah kasus dislokasi temporomandibular. [*]

Muhamad Abdilah IbdaulHakiki
Program Studi Fisioterapi, Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Malang