WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Wonogiri, kabupaten di ujung tenggara Jawa Tengah, dikenal tidak hanya karena keindahan alamnya seperti Waduk Gajah Mungkur dan kuliner khasnya seperti tiwul, tetapi juga karena bahasa khasnya.
Ragam kata dan frasa khas Wonogiri menjadi ciri unik yang sulit ditemukan di tempat lain.
Berikut beberapa kata-kata khas Wonogiri yang kerap mengundang rasa rindu bagi perantau untuk mudik :
– Ra mekakat: Ungkapan kagum yang sering diselipi sindiran, seperti saat melihat sesuatu yang luar biasa tapi ada kesan lucunya.
– Sakhohah: Menggambarkan sesuatu yang sangat banyak. Cocok dipakai saat melihat porsi tiwul yang berlimpah.
– Oda/Odak: Alternatif unik untuk kata “tidak”.
– Tek: Imbuhan yang menegaskan kata di depannya, seperti “ora tek” (benar-benar tidak) atau “iyo tek” (benar-benar iya).
– Mindoni/Mentong: Merujuk pada makan siang kedua, dari kata dasar pindo yang artinya kedua, istilah ini mencerminkan kebiasaan santai khas masyarakat Wonogiri.
– Yogene/Gene/Geneo: Kata seru untuk bertanya “kenapa” dengan nuansa khas daerah.
– Jembayik/Bangbayik/Hiyek: Digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang menjijikkan atau tidak berkenan.
– Sitok/Til: Istilah untuk menyebut “satu” atau “tunggal”.
– Horotoh: Ekspresi peringatan untuk tindakan yang berisiko atau keliru.
– Witekno: Kata penyebab, seperti dalam “lha witekno wong ngelak kok ora oleh ngombe” (orang kehausan tidak boleh minum).
– Climut/Clemer: Julukan bagi si panjang tangan yang suka mengambil barang orang lain.
– Ra jedag: Menggambarkan seseorang yang tidak mampu atau kurang kompeten.
– Kemeplak/Jembotos: Ekspresi wajah atau tubuh yang bikin gemas ingin memukul.
– Dango: Digunakan untuk menyatakan kemungkinan, seperti “mungkin”.
– Enyat/Nyat: Penegasan yang berarti “memang benar” atau “iya benar”.
– Len: Mirip dengan “tek” tetapi bernada pembelaan atau penguatan.
Kata-kata tersebut tidak hanya menjadi alat komunikasi, tetapi juga mencerminkan keunikan budaya dan keakraban masyarakat Wonogiri. Bagi perantau, mendengar kata-kata ini bisa langsung mengingatkan pada rumah, keluarga, dan suasana kampung halaman.
Seiring dengan berkembangnya zaman, anak muda Wonogiri juga mulai menciptakan istilah baru, namun akar dari bahasa khas ini tetap lestari. Jadi, kalau mudik ke Wonogiri, jangan lupa berbincang dengan warga lokal untuk menghidupkan nostalgia! Aris Arianto