Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Terdampak Tol Solo-Yogyakarta, Pemindahan Makam Kyai Kromo Ijoyo Libatkan Keraton Yogyakarta

Excavator bekerja diseputar komplek makam Kyai Kromo Ijoyo yang terdampak jalan tol Jogja-Solo paket 2.2 di Kalurahan Tirtoadi, Kabupaten Sleman | tribunnews

SLEMAN, JOGLOSEMARNEWS.COM  Makam Kyai Kromo Ijoyo atau Mbah Celeng yang disebut sebagai leluhur warga padukuhan Ketingan, Tirtoadi, Mlati, Sleman, yang tergusur oleh proyek tol Solo-Jogja, benar-benar bukan makam kaleng-kaleng.

Pasalnya, proses pemindahan makam yang berlangsung pada Kamis (16/1/2025) tersebut melibatkan peran Keraton Yogyakarta.

Humas Proyek Tol Jogja-Solo Seksi 2 Paket 2.2 PT Adhi Karya, Agung Murhandjanto menerangkan makam Kyai Kromo Ijoyo termasuk dalam proyek Tol Jogja-Solo Paket 2.2, STA 56+76.

“Nanti area sini adalah timbunan dan pas di makam Kyai Kromo Ijoyo ada pedestrian untuk akses masyarakat ke embung.  Jadi memang perlu ada relokasi makam,” ujar dia.

Untuk itulah, jelas Agung, selaku pelaksana proyek pihaknya melakukan koordinasi dengan kepala desa, tokoh masyarakat, selain juga mohon arahan dan petujuk dari Keraton Yogyakarta untuk prosesi pemindahan.

“Setelah prosesi ini, jenazahnya dipindah dulu, baru pohonnya dipotong. Pohon pulenya ini (yang dipotong) dikersakke (diminta) masuk Kraton, jadi nanti kami potong sedemikian rupa supaya bisa masuk ke kraton,” imbuhnya.

Tidak main-main, proses pemindahan jenazah Kyai Kromo Ijoyo itu dipimpin langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi.

Proses pemindahan makam, yang merupakan leluhur warga Ketingan ini diawali dengan ritual doa di hari sebelumnya, yang dipimpin oleh GKR Mangkubumi, setelah keluarnya surat palilah atau izin dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

“Prosesi pemindahan kemarin diawali dengan sugengan ataupun ritual doa yang dipimpin langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu Mangkubumi,” ujar Agung.

Ada tiga jenazah di kompleks makam Kyai Kromo Ijoyo yang dipindah. Satu di antaranya adalah jenazah Kyai Kromo Ijoyo sendiri, yang konon disebut sebagai salah satu prajurit Pangeran Diponegoro saat perang melawan kolonialisme.

Komplek makam dibongkar Kamis pagi, jenazah kemudian dipindah dengan hati-hati menuju komplek makam yang baru, yang sebelumnya telah ditanami dua pohon pule.

Dua pohon Pule sengaja ditanam karena di komplek makam Kyai Kromo Ijoyo sebelumnya, tumbuh dua pohon Pule besar.

Kedua pohon berukuran jumbo tersebut ditebang karena lahannya akan diurug untuk pembangunan jalan tol.  Adapun kompleks makam baru berjarak sekira 300 meter dari kompleks makam sebelumnya.

Komplek makam menempati tanah kas desa (TKD) Kalurahan Tirtoadi seluas 175 meter persegi.  Bangunan makam dibuat berundak dan dipagar keliling. Liang kubur bagian atas ditempati oleh jenazah Kyai Kromo Ijoyo.

Di sebelahnya tersedia satu liang kubur lagi yang digunakan untuk memindahkan makam istrinya.  Sedangkan di bagian pelataran komplek makam, terdapat satu pusara, yang hingga kini belum diketahui namanya.

Menurut Agung, hampir tidak ada kendala dalam proses pemindahan makam.  Hanya saja, pihaknya sangat hati-hati dan mengedepankan adat istiadat yang berlaku di wilayah setempat.

Exit mobile version