WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Hal menarik terjadi di SMP Kanisius Wonogiri ketika proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan di luar ruang kelas, Kamis (23/1/2025).
Guru dan siswa kelas IX melaksanakan pembelajaran di sebuah angkringan terdekat, sambil mencicipi nasi berkat, salah satu makanan khas daerah Jateng tenggara.
Kegiatan ini dimulai pukul 07.30 WIB, dengan lokasi angkringan yang hanya berjarak sekitar 200 meter dari sekolah, sehingga siswa dan guru dapat menjangkaunya dengan berjalan kaki.
Kegiatan ini merupakan implementasi pembelajaran Mata Pelajaran Pendidikan Pancasila, khususnya pada materi “Menghargai Tradisi, Kearifan Lokal, dan Budaya di Indonesia.”
Dalam kegiatan inti, siswa makan bersama dengan menu utama nasi berkat, yang merupakan hidangan tradisional Wonogiri.
Setelah itu, siswa, yang telah dibagi dalam beberapa kelompok, melakukan wawancara dengan penjual angkringan untuk menggali informasi lebih dalam tentang nasi berkat. Hasil wawancara tersebut direkam menggunakan smartphone dan akan dijadikan bahan untuk membuat laporan dalam bentuk vlog.
Mengenalkan Budaya Melalui Pengalaman Langsung
Marqus, guru pengampu, menjelaskan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkenalkan nasi berkat sebagai salah satu kekayaan kuliner lokal. Ia percaya bahwa makanan dan tradisi merupakan bagian penting dari identitas budaya suatu masyarakat.
“Cara terbaik untuk mengenalkan dan menumbuhkan rasa cinta terhadap makanan tradisional adalah dengan mencicipinya langsung di tempat makanan itu dijual,” tuturnya.
Selain mencicipi, siswa mendapatkan pemahaman lebih mendalam ketika langsung mendengar penjelasan dari penjual sekaligus pembuat nasi berkat. Dengan begitu, pembelajaran menjadi lebih berkesan dan bermakna.
Menurut Marqus, pengalaman lapangan seperti ini memberikan nilai lebih bagi siswa. Anak-anak lebih butuh pengalaman ketimbang penjelasan. Lantaran itu kegiatan lapangan penting sekali dilakukan agar aktivitas belajar tidak monoton.
Kegiatan ini disambut antusias oleh siswa yang merasa bahwa pembelajaran di angkringan memberikan suasana baru yang menyenangkan sekaligus mendidik. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga mendapat pengalaman langsung tentang tradisi dan budaya lokal.
Langkah inovatif ini diharapkan dapat menginspirasi sekolah lain untuk mengembangkan metode pembelajaran serupa, yang tidak hanya melibatkan siswa secara aktif tetapi juga memperkenalkan dan melestarikan kekayaan budaya daerah. Aris Arianto