
SEMARANG, JOGLOSEMARNEWS.COM – Moeh Ghozali tak kuasa menahan pilu. Istrinya, Salamah (61), tewas di tangan anaknya sendiri, Imam Ghozali (36). Ia pun tak ragu meminta keadilan ditegakkan, meski harus melihat anaknya dihukum seberat-beratnya.
“Saya tidak masalah jika dihukum seberat-beratnya. Jika perlu dihukum mati,” tegas Moeh Ghozali, Rabu (19/2/2025).
Tragedi ini terjadi di rumah mereka di Jalan Gunungsari, RT 010 RW 009, Kelurahan Jomblang, Kecamatan Candisari, Semarang, Selasa (18/2/2025) malam. Saat kejadian, Moeh sedang bekerja dan baru mendapat kabar keesokan paginya.
“Saya baru tahu pukul 07.30. Teman saya datang ke tempat kerja dan memberitahu bahwa saya harus pulang karena istri saya dibunuh,” ungkapnya.
Ia bahkan tidak mengetahui secara pasti luka yang diderita sang istri atau alasan anaknya tega melakukan perbuatan keji tersebut.
Anak Durhaka yang Kerap Bikin Resah
Imam Ghozali, anak sulung dari lima bersaudara, dikenal memiliki tabiat buruk. Ia menganggur, kerap mabuk-mabukan, mengonsumsi pil koplo, dan membuat ulah di luar rumah.
Tak hanya itu, ia pernah meminta warisan rumah dari orang tuanya, meski orang tuanya masih hidup.
“Adik-adiknya marah waktu itu. ‘Kamu gimana, wong tuo masih ada kok sudah minta warisan?’” kenang Moeh.
Kelakuan Imam Ghozali juga kerap meresahkan warga sekitar. Ia bahkan pernah hampir dihakimi massa.
“Dia bilang mau di-massa, minta tolong ke ketua RT, tapi tidak ada yang berani. Yang berani menghadapi ya saya,” katanya.
Kini, Moeh Ghozali hanya bisa meratapi kepergian istrinya. Sementara, anak sulungnya harus menghadapi konsekuensi hukum atas perbuatannya.