Beranda Daerah Wonogiri Gonjang-ganjing Elpiji Melon, Bisakah Kompor Listrik Jadi Solusi, Benarkah Justru Lebih...

Gonjang-ganjing Elpiji Melon, Bisakah Kompor Listrik Jadi Solusi, Benarkah Justru Lebih Hemat?

Kompor listrik
Memasak menggunakan kompor listrik. Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM Gonjang-ganjing soal elpiji melon alias elpiji 3 kg masih saja berlangsung, terutama seputar distribusi berdalih subsidi tepat sasaran. Di tengah itu, muncul kembali usulan solusi penggunaan kompor listrik yang disebut-sebut lebih hemat dan sehat dalam jangka panjang.

Perdebatan mengenai penggunaan kompor gas dan kompor listrik semakin hangat di masyarakat. Banyak yang mempertanyakan mana yang lebih hemat, lebih aman, dan lebih nyaman digunakan dalam aktivitas memasak sehari-hari.

Untuk menjawab pertanyaan ini, kita akan membandingkan kedua jenis kompor berdasarkan biaya penggunaan, keamanan, dan pendapat sejumlah warga yang telah mencobanya.

Efisiensi Biaya: Kompor Listrik Lebih Murah?

Dari segi biaya operasional, banyak orang berasumsi bahwa kompor gas lebih murah dibandingkan kompor listrik. Namun, berdasarkan data jika mempertimbangkan efisiensi biaya, kompor listrik sebenarnya dapat menawarkan penghematan sekitar 10-15% dibandingkan dengan kompor gas.

Harga 1 kg LPG bersubsidi mencapai Rp4.250, namun setelah ditambah biaya distribusi, konsumen biasanya perlu membayar sekitar Rp5.250 per kilogram. Jika dibutuhkan sekitar 1 kg LPG untuk memasak, maka total biaya yang harus dikeluarkan adalah Rp5.250.

Sebaliknya, hasil uji coba PLN menunjukkan bahwa penggunaan kompor listrik untuk memasak setara dengan biaya Rp4.550 atau seharga 1 kg LPG. Namun, perhitungan ini akan berbeda jika mempertimbangkan harga LPG tanpa subsidi.

Menurut PLN, rumah tangga kecil rata-rata menggunakan sekitar 11,4 kg LPG per bulan. Jika tanpa subsidi, masyarakat akan mengeluarkan biaya sekitar Rp204 ribu setiap bulan untuk pembelian LPG.

Adapun 1 kg LPG setara dengan 7,19 kWh energi listrik. Dengan tarif listrik tanpa subsidi sebesar Rp1.444,7 per kWh, penggunaan kompor listrik untuk kebutuhan memasak sekitar 82 kWh setiap bulannya akan menghabiskan biaya sekitar Rp118 ribu. Harga ini lebih hemat sekitar Rp86 ribu per bulan dibandingkan dengan menggunakan LPG tanpa subsidi.

Selain itu, penelitian lain juga menunjukkan bahwa biaya penggunaan kompor listrik induksi lebih rendah dibandingkan dengan kompor gas LPG saat digunakan untuk memanaskan air. Dengan asumsi harga listrik dan gas tidak mengalami perubahan signifikan, kompor listrik tampaknya lebih unggul dalam hal efisiensi biaya.

Baca Juga :  HPP Gabah Naik Rp500, Pemerintah Siapkan Strategi Serap Surplus Panen Raya

Namun, ada hal lain yang perlu diperhitungkan, yaitu daya listrik di rumah. Jika daya listrik rumah rendah, pengguna mungkin perlu menambah daya agar bisa menggunakan kompor induksi dengan optimal. Penambahan daya ini tentunya akan menambah biaya bulanan, sehingga perlu dipertimbangkan dengan matang sebelum beralih ke kompor listrik.

Keamanan dan Dampak Lingkungan: Kompor Listrik Lebih Aman?

Dalam hal keamanan, kompor listrik dianggap lebih unggul karena tidak menghasilkan api terbuka. Ini mengurangi risiko kebakaran akibat kebocoran gas atau lupa mematikan api. Kompor listrik juga lebih mudah dibersihkan karena tidak menghasilkan jelaga atau kerak seperti pada kompor gas.

Dari sisi lingkungan, kompor listrik juga lebih ramah karena tidak menghasilkan emisi gas buang seperti karbon monoksida yang dihasilkan dari pembakaran LPG. Dengan semakin meningkatnya penggunaan listrik dari energi terbarukan di Indonesia, kompor listrik berpotensi menjadi solusi yang lebih hijau dibandingkan kompor gas.

Namun, ada tantangan tersendiri dalam penggunaan kompor listrik, terutama di daerah yang sering mengalami pemadaman listrik. Jika terjadi gangguan listrik, aktivitas memasak bisa terganggu. Hal ini berbeda dengan kompor gas yang bisa tetap digunakan kapan saja selama ada stok LPG.

Pendapat Warga: Mana yang Lebih Nyaman?

Beberapa warga yang telah beralih ke kompor listrik mengaku puas dengan kepraktisan yang ditawarkan. Salah satunya adalah Dewi (38), ibu rumah tangga di Wonogiri, yang mengatakan bahwa kompor listrik membuat dapurnya lebih bersih dan tidak terlalu panas saat memasak.

“Dulu kalau masak pakai kompor gas, dapur sering terasa panas, apalagi kalau masaknya lama. Tapi sejak pakai kompor listrik, masak jadi lebih nyaman dan bersih,” ujar dia, Kamis (6/2/2025).

Baca Juga :  KA Batara Kresna Reborn Lebih Cepat dengan Tarif Sama, Wonogiri-Jakarta Rp 100 Ribu?

Namun, ada juga warga yang masih memilih kompor gas karena lebih fleksibel. Budi (45), pemilik warung makan di Klaten, mengatakan bahwa kompor listrik kurang cocok untuk usaha kecil seperti miliknya.

“Saya sudah coba kompor listrik, tapi karena sering masak dalam jumlah banyak, kompor gas masih lebih cocok. Kalau pakai listrik, dayanya cepat habis, dan kalau ada mati listrik, usaha saya bisa terganggu,” kata Budi.

Sementara itu, Lina (29), pekerja kantoran di Sukoharjo, mengatakan bahwa meskipun lebih hemat, ia masih ragu untuk beralih ke kompor listrik secara total karena terbiasa dengan kompor gas.

“Saya tertarik sih, tapi saya pakai dua-duanya. Ya kompor gas maupun kompor listrik, pakainya bergantian,” jelas dia.

Dari pemaparan tadi baik kompor gas maupun kompor listrik memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Jika mencari solusi yang lebih hemat dalam jangka panjang dan lebih aman, kompor listrik bisa menjadi pilihan yang tepat. Namun, bagi yang mengutamakan fleksibilitas dan tidak ingin bergantung pada listrik, kompor gas masih menjadi pilihan yang lebih praktis.

Pada akhirnya, keputusan kembali kepada masing-masing individu sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di rumah.

Bagaimana dengan Anda? Apakah tertarik beralih ke kompor listrik atau tetap setia dengan kompor gas? Aris Arianto