YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Saat langit mulai temaram menjelang azan magrib, ratusan massa berkumpul di kawasan Titik Nol Kilometer Yogyakarta, Selasa (11/3/2025). Bukan sekadar unjuk rasa biasa, aksi bertajuk Jogja Memanggil Ruwatan #MeruwatDemokrasi ini diklaim sebagai ritual simbolis untuk “membersihkan” demokrasi dari apa yang mereka sebut sebagai ketidakadilan rezim.
Dalam orasi mereka, massa aksi menegaskan bahwa kehadiran mereka bukan untuk menyampaikan tuntutan, melainkan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Salah satu hal yang mereka soroti adalah pembentukan BPI Danantara, badan investasi di bawah Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang dinilai sebagai bentuk penyalahgunaan kekuasaan.
Menurut massa aksi, kehadiran Presiden ke-7 RI Joko Widodo dalam struktur Danantara menunjukkan bahwa pemerintah memberi “karpet merah” bagi politik dinasti. Mereka menyinggung keberadaan Gibran Rakabuming Raka, putra Joko Widodo, dalam lingkaran kekuasaan, yang mereka anggap sebagai ancaman terhadap demokrasi.
Lebih dari itu, mereka mengklaim bahwa uang rakyat sedang dipertaruhkan dalam skema investasi yang menyerupai perjudian di pasar saham. Tiga bank BUMN yang menjadi penyokong Danantara disebut-sebut akan menggunakan dana simpanan rakyat untuk investasi berisiko tinggi.
“Kami muak dengan rezim ini! Kami di sini bukan untuk sekadar tuntutan, tapi untuk menyuarakan perlawanan. Turunkan Prabowo-Gibran, bubarkan Kabinet Merah Putih!” teriak salah satu orator dari atas mimbar.
Ruwatan #MeruwatDemokrasi digelar sebagai simbol harapan, agar pemerintahan saat ini “dibersihkan” dari kebijakan yang dinilai menindas rakyat. Dengan semangat perlawanan, massa aksi terus menyuarakan kritik hingga malam menjelang.