Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Hanya Karena Menagih Utang, Nyawa Warga Jakarta Utara Ini Melayang

Ilustrasi mayat | tribunnews

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM –  Hanya karena menagih utang, Sri Suherti Karistiana (59) harus kehilangan nyawanya. Wanita yang tinggal sendirian di rumahnya di Jalan 102 Terusan, Tanjung Priok, Jakarta Utara itu tak menyangka, pria berinisial S, warga Cilincing, Jakarta Utara, tega menghabisinya.

 

Sri Suherti Karistiana dikenal sebagai sosok yang ramah dan sering berinteraksi dengan tetangganya. Namun, sejak Kamis sore (13/3/2025), ia tak lagi terlihat seperti biasa. Faras Al Fahrozy (19), salah satu tetangganya, mulai merasa curiga ketika rumah Sri tetap tertutup hingga keesokan harinya.

Kecurigaan itu membawa warga untuk mendatangi rumah Sri. Setelah beberapa kali mengetuk pintu dan tidak ada jawaban, mereka memberanikan diri masuk. Betapa terkejutnya mereka ketika menemukan Sri tergeletak di kamar mandi dalam kondisi mengenaskan.

 

Pembunuhan yang Terungkap Cepat

Polisi bergerak cepat menyelidiki kasus ini. Dalam waktu kurang dari dua hari, mereka berhasil menangkap pelaku, seorang pria berinisial S, di Cilincing, Jakarta Utara, pada Sabtu (15/3/2025) pukul 10.45 WIB.

Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Ade Ary Syam Indradi, mengungkapkan bahwa motif pembunuhan ini adalah dendam. “Pelaku merasa sakit hati karena terus-menerus ditagih utang oleh korban,” ujarnya.

Bukannya bertanggung jawab atas utang yang ia miliki, pelaku justru memilih jalan pintas yang keji. Dengan linggis, ia menghantam kepala Sri hingga tewas. Nyawa seorang wanita yang hanya ingin mendapatkan haknya kembali, melayang begitu saja.

 Dendam yang Menghapus Nurani

Bagi tetangga dan kerabatnya, Sri adalah sosok yang dikenal baik dan peduli. Ia sering berbagi makanan dengan warga sekitar, meski hidup seorang diri. Kematian tragisnya menyisakan duka mendalam bagi mereka yang mengenalnya.

“Bu Sri itu orang baik, nggak pernah punya masalah sama orang lain. Kami semua kaget dan sedih,” ujar seorang tetangganya dengan mata berkaca-kaca.

Hutang yang mungkin hanya bernilai jutaan rupiah, kini harus dibayar dengan nyawa. Emosi yang tak terkendali telah menghapus logika dan nurani, membawa pelaku ke dalam lingkaran kejahatan yang tak termaafkan.

 

Pelajaran dari Sebuah Tragedi

Kasus ini menjadi pengingat bahwa dendam dan kemarahan sesaat bisa berujung pada petaka. Banyak orang menganggap utang sebagai hal sepele, padahal bagi yang memberi pinjaman, itu adalah hak yang harus diperjuangkan kembali.

Ketika tanggung jawab dan kejujuran lenyap, maka kekerasan bisa menjadi konsekuensi yang tragis. Kini, pelaku harus menghadapi hukuman setimpal, tetapi yang tak bisa dikembalikan adalah nyawa seorang wanita yang seharusnya masih bisa menikmati hari tuanya dengan damai.

Polisi pun mengimbau masyarakat untuk segera melaporkan jika menemukan tanda-tanda mencurigakan di lingkungan sekitar. “Kami tidak memberikan ruang bagi pelaku kejahatan untuk bersembunyi. Jika ada kejadian mencurigakan, segera hubungi 110,” tegas Kombes Ade Ary.

Sakit hati memang manusiawi, tetapi membiarkannya menguasai diri bisa berakhir dengan kehilangan yang tak terpulihkan.  

 

Exit mobile version