Beranda Daerah Sukoharjo Mengenang Kejayaan Sritex (2): Menjadi Besar Karena Tiga Prinsip Utama

Mengenang Kejayaan Sritex (2): Menjadi Besar Karena Tiga Prinsip Utama

Pada kejayaannya, PT Srtitex memiliki rutinitas mengadakan upacara HU Kemerdekaan RI yang diikuti oleh puluhan ribu karyawan. Terlihat dalam gambar, Komisaris Utama Sriteex, Iwan Setiawan Lukminto sedang melakukan inspeksi | Dok Joglosemar

MENDIANG HM Lukminto memegang teguh prinsip dalam menghadapi dinamika bisnis tekstil, yang membawanya membawa Sritex ke puncak kejayaan sebagai perusahaan tekstil terbesar di Asia Tenggara.

Ia pernah menegaskan bahwa dalam membangun sebuah usaha, prinsip yang kuat adalah kunci agar bisnis dapat berkembang pesat. Dalam mengelola dan mengembangkan perusahaan yang berlokasi di Jalan KH Samanhudi 88, Jetis, Sukoharjo, ia selalu berpegang pada tiga prinsip utama.

Prinsip pertama adalah disiplin kerja. Prinsip ini diterapkan secara menyeluruh, mulai dari jajaran manajemen hingga staf dan karyawan, agar budaya disiplin tertanam dalam setiap aspek, termasuk dalam hal pekerjaan, ketepatan waktu, dan tanggung jawab.

 

Prinsip kedua yang selalu dijunjung tinggi oleh HM Lukminto adalah pentingnya menanamkan wawasan kebangsaan. Baginya, bekerja tidak hanya soal mencari nafkah, tetapi juga membangun rasa nasionalisme di antara para karyawan. Salah satu cara yang diterapkannya adalah dengan rutin mengadakan upacara setiap hari Senin atau pada momen-momen bersejarah bagi bangsa.

“Bahkan setiap tanggal 17 Agustus, kami seluruh karyawan Sritex menggelar upacara untuk memperingati Hari Kemerdekaan,” ujar Lukminto.

Baca Juga :  Disnaker Sukoharjo Siap Fasilitasi Penyaluran Karyawan Sritex Yang Di-PHK ke  Perusahaan Lain

Prinsip ketiga dalam membangun usaha adalah memperhatikan tiga pemangku kepentingan utama: pemerintah, masyarakat sekitar, dan karyawan. Dalam kaitannya dengan pemerintah, Lukminto meyakini bahwa sebuah usaha harus memberikan kontribusi nyata bagi negara.

Misalnya, melalui ekspor yang mendatangkan devisa atau dengan membayar pajak secara rutin, yang diharapkan dapat dimanfaatkan untuk pembangunan. Bagi masyarakat sekitar, keberadaan perusahaan harus membawa manfaat, baik dalam bentuk lapangan pekerjaan maupun kesejahteraan sosial. Sementara itu, bagi karyawan, perusahaan harus menjadi tempat yang tidak hanya memberikan penghidupan, tetapi juga membangun masa depan mereka.

Selain itu, sebuah usaha juga harus mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat sekitar. Keberadaan pabrik, misalnya, dapat membuka peluang ekonomi bagi warga setempat. Banyak yang memanfaatkan situasi ini dengan membuka usaha kos-kosan bagi karyawan, mendirikan warung, atau menyediakan jasa parkir. Dengan demikian, roda perekonomian di sekitar perusahaan ikut bergerak, dan manfaatnya pun dirasakan lebih luas.

Baca Juga :  Terkena Imbas Penutupan Sritex, Usaha Penitipan Sepeda Motor Maryanto Terpaksa Ikut Tutup

Lebih dari itu, usaha yang dijalankan juga menjadi sumber penghidupan bagi para karyawan dan keluarganya.

“Karyawan yang bekerja di sini menerima gaji yang mereka gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan begitu, manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh karyawan saja, tetapi juga oleh para pedagang dan penyedia jasa yang menjadi bagian dari ekosistem ekonomi ini,” ujar Lukminto, kala itu. Suhamdani | Dokumentasi Joglosemar