JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM โ Pembentukan Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) menjadi salah satu faktor yang memicu pelemahan rupiah dalam perdagangan Selasa (25/3/2025). Rupiah ditutup melemah ke level Rp 16.612 per dolar AS, turun dari posisi sebelumnya di Rp 16.567 per dolar AS.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuabi, menyebut pelemahan ini dipengaruhi oleh kekhawatiran investor terhadap potensi intervensi pemerintah dalam pasar modal. โBanyak dana asing yang keluar dari pasar modal Indonesia karena mereka melihat pemerintah bakal melakukan intervensi melalui Danantara,โ ujarnya dalam analisis rutinnya, Selasa (25/3/2025).
Selain pembentukan Danantara, pernyataan Presiden Prabowo Subianto yang menyebut saham sebagai bentuk perjudian serta klaim bahwa anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak berpengaruh bagi masyarakat kelas bawah turut menambah kekhawatiran investor. Sikap tersebut dinilai membuat pasar frustrasi dan memicu aksi jual oleh investor asing.
Dari faktor eksternal, rupiah juga tertekan oleh meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionisme dagang. Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengumumkan rencana penerapan tarif mobil pada April 2025, yang mengguncang pasar global. Sementara itu, kehati-hatian Federal Reserve dalam memangkas suku bunga juga mencegah sentimen positif di pasar keuangan.
Di sisi geopolitik, investor masih mencermati perkembangan negosiasi antara Rusia dan Ukraina yang berlangsung awal pekan ini. Pembicaraan yang dimediasi oleh Amerika Serikat difokuskan pada kemungkinan gencatan senjata di laut, namun belum menghasilkan kesepakatan konkret.
Ibrahim memperkirakan rupiah masih akan melemah dalam perdagangan berikutnya di kisaran Rp 16.610 โ Rp 16.660 per dolar AS. Ia juga menyoroti tantangan ekonomi domestik yang semakin kompleks di tengah tekanan eksternal. โTarget pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen tahun ini, yang digadang-gadang pemerintah, hanya tinggal mimpi,โ tuturnya.
Dengan berbagai faktor yang menekan nilai tukar rupiah, investor kini menunggu langkah pemerintah untuk meredam volatilitas pasar dan memastikan stabilitas ekonomi tetap terjaga.