Beranda Panggung Seni Budaya Religius di Omah Tiban Besiat Walisongo! Dusun Semen Jatisrono Gelar Munajat Kenduri...

Religius di Omah Tiban Besiat Walisongo! Dusun Semen Jatisrono Gelar Munajat Kenduri Suro Penuh Nuansa Sakral & Kearifan Lokal

Kenduri
Munajat Kenduri Suro di Omah Besiat Wali Songo Semen Jatisrono Wonogiri. Istimewa

WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Suasana religius terasa kental saat warga Dusun Semen Desa Semen Kecamatan Jatisrono Wonogiri, menggelar rangkaian peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80.

Di antara gegap gempita lomba Agustusan, ada satu kegiatan yang mencuri perhatian karena sarat makna spiritual dan budaya: “Munajat Kenduri Suro”, digelar tepat pada Kamis (17/7/2025) alias Suronan.

Bukan sembarang lokasi, kegiatan digelar di Omah Besiat Wali Songo atau yang lebih dikenal warga sebagai “Omah Tiban” – bangunan cagar budaya peninggalan leluhur di Cale, Ngemplak, RT 02 Dusun Semen.

💫 Tradisi, Sholawat, dan Kenduri: Harmoni Budaya & Spiritualitas

Kegiatan dibuka dengan penampilan seni Terbang Tradisional “Al-Hidayah” dalam balutan sholawatan yang penuh khidmat. Lantunan syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW menggema, membalut acara dengan nuansa religius yang menyejukkan.

Menambah sakral suasana, seniman Kun Prastowo dari Slogohimo tampil membacakan Gurit Suro – puisi berbahasa Jawa yang menggugah batin dan menyampaikan nilai-nilai luhur spiritual masyarakat Jawa.

Baca Juga :  Harga Emas Hari Ini Minggu 30 November 2025 Bikin Kaget, Diam di Butik LM Meledak di Pegadaian! Selisihnya Tajam

Kepala Dusun Semen, Sutarto, mengungkapkan bahwa “Munajat Kenduri” rutin digelar setiap bulan Suro sebagai bagian dari tradisi turun-temurun. Tak ada sponsor besar, semuanya murni dari gotong royong warga: mulai dari tenaga, beras, lauk pauk, sayur, hingga donasi uang.

“Ini bukan hanya ritual. Ini simbol syukur, doa, dan kebersamaan warga,” jelas Sutarto.

Sementara Ketua Ranting NU Desa Semen, Andi Setyawan, menegaskan kegiatan ini sebagai bentuk pelestarian kearifan lokal yang sejalan dengan ajaran Islam.

Momen paling ditunggu adalah siraman rohani dari KH Abdul Aziz asal Karanganyar yang menekankan pentingnya menyelaraskan budaya Jawa dengan ajaran Islam. Ia mengajak warga menjadikan bulan Suro sebagai waktu berinstrospeksi dan bertirakat, mengingat sejarah kelam tragedi Karbala dan perjuangan para leluhur.

Baca Juga :  Tabrakan Maut di Depan SDN Gumiwang Lor, Rider Jupiter MX Meninggal Dunia

Acara ditutup dengan kenduri ageng yang dipimpin Ustadz Yato Mahmuri, tempat seluruh warga memanjatkan harapan dan munajat untuk masa depan yang lebih baik. Aris Arianto

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.