Beranda Umum Membumikan Teknologi dari Tanah Krapyak: Kiprah Prof. Anton Yudhana Mencipta Inovasi untuk...

Membumikan Teknologi dari Tanah Krapyak: Kiprah Prof. Anton Yudhana Mencipta Inovasi untuk Petani

Prof. Ir. Anton Yudhana, Ph.D dengan hasil karyanya yang sangat bermanfaat bagi petani | Foto: Istimewa

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Di ruang laboratorium Fakultas Teknologi Industri Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, Prof. Ir. Anton Yudhana, Ph.D., tampak sibuk memeriksa modul sensor kelembapan tanah.

Tampilan alatnya sederhana, namun data yang muncul di layar laptop menggambarkan revolusi kecil: tanah yang dipantau, air yang dihemat, dan lahan yang lebih produktif.

“Elektro itu bukan hanya arus listrik, tapi cara berpikir tentang efisiensi hidup,” katanya sambil tersenyum.

Sebagaimana dikutip melalui rilis ke Joglosemarnews, ia mengaku  percaya, inovasi sejati justru harus berpijak pada kebutuhan manusia yang paling dasar, yakni pangan.

Lahir di Yogyakarta pada 8 Agustus 1976, Anton tumbuh di lingkungan Krapyak, Bantul. Ibunya, Sri Kusnani, adalah putri petani asal Purworejo. Dari sang ibu, ia menyerap nilai kerja keras dan kesederhanaan. Dari sang ayah, Muhammad Dalhar, yang berlatar keluarga pendidik, ia mewarisi semangat belajar yang tak pernah padam.

Ketertarikannya pada dunia teknik sudah tampak sejak duduk di bangku SMP. Ia gemar membongkar radio dan merakit adaptor dari komponen bekas. “Saat alat rakitan saya bisa menyala, itu seperti mukjizat kecil,” kenangnya.

Sejak saat itu, dunia elektro menjadi bagian dari dirinya. Perjalanannya berlanjut ke Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, di mana ia menempuh pendidikan Teknik Elektro. Sejak masa kuliah, Anton sudah terpikir bagaimana teknologi dapat membantu kehidupan petani kecil seperti ibunya. Pemikiran itu menuntunnya meniti karier akademik di UAD sejak 2001.

Baca Juga :  Rumah Tangga Ridwan Kamil di Ujung Tanduk, Atalia Ajukan Gugatan Cerai
Prof. Ir. Anton Yudhana, Ph.D saat memberikan pidato pengukuhan sebagai guru besar | Foto: Istimewa

Di kampus Muhammadiyah itu, Anton tidak berhenti di ruang kuliah. Ia menyalakan semangat riset yang berpihak pada masyarakat. Salah satu karyanya yang banyak dibicarakan adalah Simonkori (Sistem Monitoring dan Kontrol Irigasi), perangkat berbasis Internet of Things (IoT) yang membantu petani mengatur aliran air cukup dari ponsel.

“Kalau teknologi bisa membuat petani tersenyum, itu sudah lebih dari cukup,” katanya. Prinsip sederhana itu membuat riset-risetnya menyentuh sektor pertanian, peternakan, hingga pengelolaan lingkungan.

Saat menempuh pendidikan magister di Universitas Gadjah Mada (UGM) dan doktoral di Universiti Teknologi Malaysia (UTM), Anton semakin yakin bahwa pertanian dan teknologi harus bersinergi. Di negeri jiran itulah ia belajar bagaimana sistem sensor dan jaringan dapat mengubah pola bertani secara revolusioner.

Kini, melalui posisinya sebagai Ketua LPPM UAD, Anton menggerakkan berbagai proyek kolaboratif, mulai dari Smart Village Aloe Vera di Bantul, sistem irigasi otomatis di Magelang, hingga kandang pintar berbasis IoT. Semua bermuara pada satu hal: teknologi yang memanusiakan.

Bagi Anton, riset bukan sekadar mengejar publikasi, melainkan menghidupkan manfaat. “Kalau hasil riset berhenti di jurnal, itu belum cukup. Ia harus sampai ke sawah, ke kandang, ke dapur,” ujarnya.

Pada Juni 2023, UAD mengukuhkannya sebagai Guru Besar Bidang Teknik Elektro. Dalam pidato pengukuhan berjudul Kolaborasi Tiga Pilar untuk Meningkatkan Daya Saing Perguruan Tinggi melalui Inovasi Agri Precision dan Biomedical Instrumentation, Anton menegaskan pentingnya menggabungkan ilmu, iman, dan kemanusiaan sebagai dasar inovasi bangsa.

Baca Juga :  Guru Berprestasi di Pati Ini Tersingkir oleh SE No. S/800/1616/2025

Setahun berselang, kerja kerasnya berbuah penghargaan Gold Winner Anugerah Academic Leader DIKTISAINTEK 2024 kategori Teknologi Informasi dan Komunikasi. Namun, Anton tetap rendah hati. “Penghargaan itu bonus. Yang utama, hasil kerja kita harus menyejahterakan,” ucapnya.

Kini, di balik tumpukan catatan riset dan papan tulis penuh rumus, Anton menyimpan satu kalimat yang menjadi prinsip hidupnya:

“Ilmu yang baik adalah ilmu yang menumbuhkan. Inovasi sejati adalah yang menyejahterakan.”

Dari lorong sempit Krapyak hingga laboratorium modern UAD, Anton Yudhana membuktikan bahwa teknologi bisa tumbuh dari tanah, dan sains bisa berakar  dan bermanfaat langsung pada kehidupan petani. [*]

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.