SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM – Suasana halaman Museum Radyapustaka, Surakarta, tampak lebih ramai dari biasanya, Selasa (16/12/2025). Sekitar 160 mahasiswa semester I Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) FSRD ISI Surakarta memadati kawasan tersebut untuk mengikuti Ujian Akhir Semester (UAS) mata kuliah Menggambar Dasar.
Berbeda dari ujian pada umumnya, mahasiswa diminta menggambar langsung bangunan bersejarah Museum Radyapustaka sebagai objek utama. Ujian praktek ini mengusung tema “Jelajah Arsitektur Museum Radyapustaka, Surakarta Lewat Goresan Pena”, yang sekaligus menjadi sarana pengenalan warisan arsitektur kota Solo.
Sebelum ujian dimulai, tim dosen pengampu memberikan koordinasi dan pengarahan singkat. Usai briefing, mahasiswa kemudian menyebar ke berbagai sudut area museum yang berada di Jalan Slamet Riyadi itu untuk menentukan angle terbaik sesuai perspektif yang dipilih.
Dalam ujian tersebut, mahasiswa diberi kebebasan menentukan teknik perspektif, mulai dari satu hingga empat titik hilang. Meski dilaksanakan di luar kampus, aspek perspektif, ketepatan proporsi, serta teknik arsir tetap menjadi indikator utama penilaian UAS.
Mata kuliah Menggambar Dasar ini diampu oleh tim dosen yang terdiri dari Rendya Adi Kurniawan, Indriati Suci Pravitasari, Basnendar Herry Prilosadoso, dan Alfiandi Eka Kusuma. Keempatnya turut memantau langsung jalannya ujian praktek di lapangan.
Antusiasme mahasiswa terlihat jelas sepanjang pelaksanaan ujian. Salah satunya diungkapkan oleh Zahra Alifia Arkana, mahasiswa DKV angkatan 2025, yang mengaku senang bisa mengikuti ujian di lokasi bersejarah. Selain menantang secara teknis, kegiatan ini juga membuatnya lebih mengenal Museum Radyapustaka yang selama ini belum banyak ia ketahui.
Sementara itu, dosen pengampu Alfiandi Eka Kusuma menjelaskan, ujian praktek di lokasi nyata sengaja dipilih agar mahasiswa dapat merasakan langsung suasana objek yang digambar. Dengan melihat bangunan secara langsung, mahasiswa diharapkan lebih peka dalam menentukan sudut pandang dan memahami karakter arsitektur yang diterjemahkan ke dalam gambar.
“Mahasiswa bisa merasakan konteks ruang dan lingkungan, bukan sekadar meniru dari foto. Itu penting dalam membangun kepekaan visual,” ungkapnya di sela-sela pengawasan ujian. [*]
