Site icon JOGLOSEMAR NEWS

Konflik PBNU Memanas, Yahya Staquf Akui Diteror Lewat Telepon dan WA

Yahya Chohlil Staquf | Wikipedia

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf mengungkap bahwa dirinya menerima berbagai bentuk teror sejak dinamika internal organisasi berlatar konflik kepemimpinan mencuat ke publik. Pernyataan itu disampaikan Yahya dalam konferensi pers di Kantor PBNU, Jakarta Pusat, Rabu (3/12/2025).

Menurut Yahya, gangguan yang ia terima berlangsung terus-menerus. Ia menyebut tekanan datang dalam berbagai bentuk, mulai dari panggilan telepon yang tak berhenti hingga pesan berisi ancaman.

“Dengan berbagai cara, mulai dari telepon yang enggak berhenti-henti, WA, sampai dengan ancaman-ancaman bermacam-macam bentuknya,” ujar Yahya.

Meski demikian, Yahya memilih tidak memerinci jenis ancaman maupun identitas pihak yang diduga melakukan teror tersebut. Ia hanya menyampaikan bahwa situasi serupa juga dialami sejumlah pengurus lain di lingkungan PBNU.

Yahya menyatakan Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia PBNU, Ulil Abshar Abdalla, serta jajaran tanfidziyah turut mendapatkan tekanan. Laporan yang ia terima bahkan menyebut struktur PBNU dari tingkat wilayah hingga ke cabang ikut mengalami hal yang sama.

“Saya mendapat laporan, misalnya, dari PWNU dan PCNU ini juga dihubungi dengan tekanan-tekanan tertentu,” kata Yahya.

Namun, seperti pada dirinya, ia kembali menolak membeberkan bentuk ancamannya. Yahya hanya menegaskan bahwa pola-pola seperti itu biasanya muncul ketika PBNU sedang berada dalam situasi panas.

“(Teror) ini sebetulnya normal. Tapi, ini menunjukkan bahwa memang ada cara yang sebetulnya sudah jauh di luar akhlak Nahdlatul Ulama, sekadar untuk memaksakan kehendak atau kepentingan saja,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, gejolak di tubuh PBNU memuncak setelah jajaran Syuriah menggelar pertemuan di Hotel Aston City, Jakarta, pada 20 November 2025. Rapat harian tersebut menghasilkan permintaan agar Yahya mengundurkan diri dalam waktu tiga hari. Desakan itu dipicu dua isu besar: kehadiran akademikus pro-Israel Peter Berkowitz dalam kegiatan Akademi Kepemimpinan Nasional NU, serta persoalan tata kelola keuangan di PBNU.

Berkowitz diketahui merupakan teman lama Yahya. Ia pernah menerbitkan buku Israel and the Struggle over the International Laws of War, yang isinya kerap dikritik karena membela tindakan Israel terhadap Palestina. Selain itu, Syuriah juga menyinggung dugaan aliran dana Rp100 miliar dari mantan Bendahara Umum PBNU, Mardani H. Maming.

Empat hari usai pertemuan tersebut, Syuriah resmi memberhentikan Yahya dari jabatan Ketua Umum PBNU per 26 November 2025. Yahya tidak menerima keputusan itu dan menyebut proses pemakzulan bertentangan dengan aturan organisasi.

Dalam langkah balasan, Yahya kemudian mencopot Syaifullah Yusuf dari kursi Sekretaris Jenderal PBNU dan menunjuk Amin Said Husni sebagai pengganti.  Konflik internal yang kian meruncing ini masih berlangsung dan belum menunjukkan tanda-tanda mereda. [*]  Disarikan dari sumber berita media daring

 

Exit mobile version