
SOLO, JOGLOSEMARNEWS.COM — Rumah Difabel Meong, salah satu komunitas yang berfokus pada penyelamatan kucing, mencatat data memprihatinkan terkait kebiasaan masyarakat di Soloraya yang tega membuang bayi kucing. Dalam kurun waktu enam tahun terakhir, tren pembuangan anak kucing terus melonjak hingga mencapai ribuan ekor per tahun, dengan Kota Solo menjadi wilayah dengan kasus pembuangan terbanyak.
Ning Hening Yulia, founder Rumah Difabel Meong, mengungkapkan bahwa data yang dihimpun komunitasnya adalah hitungan kasar, mengingat cepatnya mutasi populasi kucing. Data ini mencakup bayi-bayi kucing yang dibuang tanpa induk, bahkan saat usia mereka baru mencapai satu minggu.
“Kami tidak mencatat data pasti angka, karena mutasi populasi kucing sangat cepat. Namun data ini hitungan kasar kisaran yang mampu kami rapikan,” ungkap Ning Hening, Kamis (4/12/2025).
Lonjakan Kasus Pembuangan Hingga 1.200 Ekor
Berdasarkan pencatatan yang dilakukan sejak tahun 2019, tren pembuangan bayi kucing menunjukkan lonjakan yang signifikan:
2019: Sebanyak 700 ekor anak/bayi kucing dibuang di wilayah Soloraya.
2020: Angka naik menjadi 800 ekor.
2021: Terjadi lonjakan drastis hingga 1.200 ekor anak kucing.
2022–2024: Angka pembuangan tetap bertahan di kisaran 1.200 ekor.
2025: Hingga bulan November, sudah tercatat 1.100 ekor bayi kucing dibuang.
Menurut Hening, bayi-bayi kucing ini dibuang di berbagai lokasi, termasuk pasar, stasiun, terminal, Tempat Pembuangan Sampah (TPS/TPA), rumah kosong, pinggir jalan, hingga areal rawa atau persawahan. “Mereka dibuang tanpa induk yang artinya hanya menjemput kematian,” sambungnya.
Minimnya Sterilisasi dan Kesadaran
Ning Hening Yulia menyebutkan bahwa faktor utama pemicu tingginya angka pembuangan adalah kurangnya kesadaran untuk mensteril induk kucing. Meskipun sudah banyak layanan steril subsidi, biaya yang tinggi masih menjadi kendala dan belum mampu mengejar laju overpopulasi.
Faktor lain yang harus diakui, kata Hening, adalah perlakuan sebagian orang yang masih menjadikan kucing sebagai objek kesenangan, bukan subjek yang butuh dibahagiakan.
“Pembuangan bayi kucing adalah kekerasan paling keji dalam konteks kehidupan seekor kucing. Masih bayi saja sudah disiksa karena tidak adanya tangung jawab manusia,” pungkas Hening.
Usulan Mini Shelter dan Steril Massal Gratis
Untuk mengatasi masalah ini, Rumah Difabel Meong mengusulkan solusi jangka panjang. Salah satunya adalah pendirian mini shelter khusus untuk bayi kucing di Soloraya, yang bisa dimulai dari Kota Solo. Tempat ini berfungsi sebagai penampungan sementara agar bayi kucing yang dibuang bisa mati di tempat yang layak dan penuh kasih sayang, bukan di jalanan.
Selain itu, Hening menekankan pentingnya steril massal gratis yang dilakukan secara berkala untuk kucing jalanan. Hal ini penting dilakukan untuk menekan angka populasi yang otomatis akan menekan angka kekerasan dan pembuangan pada kucing. Ando
Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.














