SRAGEN- Ratusan pengemudi ojek online Go-Jek Sragen yang tergabung dalam Paguyuban Go-Jek Sragen menggelar pernyataan sikap menolak kebijakan penghilangan subsidi dan penurunan tarif yang diputuskan PT Go-Jek Indonesia. Selain itu, mereka juga menuntut PT GI mengembalikan subsidi atau membebankan subsidi yang dicabut ke customer sehingga tak mengorbankan para driver Go-Jek di lapangan.
Pernyataan sikap itu disampaikan dalam aksi damai yang digelar di Sragen, Jumat (2/3/2018) malam. Tak kurang dari 100an driver Go-Jek se-Sragen hadir dalam aksi yang diiringi dengan doa bersama dan menyalakan lilin simbol keprihatinan tersebut.
Ketua Paguyuban Go-Jek Sragen, Cahya Fajar Cristian (40) mengungkapkan aksi damai dan doa bersama itu dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas nasib pengemudi Go-Jek pasca penurunan tarif dan penghilangan subsidi. Kebijakan penghilangan subsidi per 21 Maret 2018 itu dinilai telah berdampak menurunkan pendapatan pengemudi, utamanya Go-Ride yang semakin anjlok.
“Kami dari Paguyuban pengemudi mitra Go-Jek Sragen tegas menyatakan menolak adanya penurunan tarif dan pencabutan subsidi yang disosialisasikan se-Soloraya kemarin. Karena dengan dihilangkan subsidi itu, pendapatan sangat menurun signifikan sekali. Banyak driver utamanya Go-Ride yang mengeluh. Kalau Go Food tidak terlalu terpengaruh,” paparnya mewakili rekan-rekannya.
Menurutnya dengan penghilangan subsidi, pendapatan yang diterima pengemudi menurun drastis. Sebab dengan kebijakan itu, tarif dekat yang biasanya dipatok Rp 8.000 (Rp 4.000 dari subsidi PT GI dan Rp 4000 dari customer), sekarang hanya tinggal dari customer saja yang diterima driver.
Penghilangan subsidi 20-50 persen dari PT GI itu dinilai kian menurunkan pendapatan driver di tengah order yang belakangan juga semakin menurun. Ia menggambarkan jika sebelumnya driver Go-Ride yang tutup poin bisa mengantongi Rp 150.000 pendapatan bersih per hari, sejak penghilangan subsidi, yang bisa tutup poin paling hanya bisa membawa pendapatan bersih Rp 80.000 saja atau turun hampir 50 persen.
“Padahal sekarang untuk bisa tutup poin khususnya Go-Ride itu semakin susah. Kadang direwangi ngalong dari tengah malam sampai subuh, demi nyari poin, ini malah ditambah kebijakan yang menyusahkan. Harapan kami kalau PT GI tak bisa menyubsidi lagi, biar dibebankan ke customer. Karena rata-rata customer sudah memaklumi dan nggak masalah tarifnya agak naik karena selama ini tarifnya pun juga dirasa sudah sangat murah,” terangnya.
Cahya mengatakan untuk bisa menutup poin dan dapat bonus harian, seorang driver Go-Ride harus bisa mendapat order minimal 20 sehari. Sedangkan pengemudi Go-Food target tutup poinnya adalah 10 kali orderan.
Jumlah pengemudi Go-Jek di Sragen yang sudah tergabung dalam paguyuban mencapai 250an orang. Namun jumlah riil di lapangan bisa lebih dari itu mengingat sebagian masih belum masuk ke paguyuban.
Aksi damai malam itu ditutup dengan doa bersama memanjatkan harapan agar PT GI bisa mengembalikan subsidi atau mengambil kebijakan yang berpihak pada driver. Wardoyo