JOGJA – Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menerangkan bahwa material yang keluar pada 21 Mei memiliki kandungan yang sama dengan material pada letusan 2006 dan 2010.
“Sampel produk kandungan material pada 21 Mei sama dengan lava tahun 2006 dan 2010,” kata Kepala BPPTKG Hanik Humaida, Jumat (25/5/2018).
Hal tersebut, kini menjadi penguat akan keterangan yang sudah diberikan BPPTKG sebelumnya, bahwa Merapi sudah memasuki awal dari proses magmatis.
Yang menjadi indikasi kuat dari hasil analisis abu yang dilakukan BPPTKG terhadap material yang keluar pada 21 Mei lalu adalah dengan ditemukannya free crystal pada sampel.
Kandungan tersebut mendominasi material dengan presentasenya yang hampir sebesar 95 persen memunjukan bahwa material tersebut termasuk magmatik.
Namun demikian, meski memiliki kandungan yang sama dengan material letusan pada tahun 2006 dan 2010, BPPTKG sejauh ini memastikan bahwa letusan yang akan terjadi adalah bersifat efusif.
Letusan efusif sendiri adalah letusan yang tidak memiliki daya rusak tinggi, seperti erupsi ekplosif.
Berbeda dengan erupsi ekplosif yang akan memuntahkan isi bumi setelah mendapat tekanan yang cukup kuat, letusan efusif biasanya hanya terjadi berupa keluarnya lelehan.
Dari data yang dimiliki BPPTKG hingga saat ini, meterial yang menuju ke permukaan melaju cukup pelan dikarenakan material kali ini terbilang cukup encer.
“Erupsi erusif terjadi karena material encer, diperkirakan letusan kali ini akan Seperti tahun 2002, dan relatif tidak berbahaya seperti 2010,” urai Kepala BPPTKG.
Meski hingga saat ini BPPTKG memperkirakan letusan erusif yang akan terjadi, namun akan terus mengkaji parameter di dalamnya, termasuk kemungkinan lain yang bisa terjadi sewaktu-waktu.
“Berdasar dengan data kita, kecenderunganya adalah akan terjadi erupsi efusif , akan berbeda jauh dengan 2006 dan 2010, tapi parameter itu akan terus kita pantau,” tegas Hanik. # Tribunnews