KARANGANYAR – Ratusan warga dari berbagai dukuh di Desa Kendal, Jatipuro kembali menggelar tradisi Wahyu Kliyu. Mereka berkumpul di rumah salah satu sesepuh desa, Rakino untuk mengikuti tradisi unik yang sudah berlangsung turun temurun itu, Rabu (26/09/2018) malam.
Mereka ingin menyaksikan tradisi lempar apem yang digelar setiap tanggal 15 bulan Sura tersebut. Warga setempat menyebutnya sebagai Wahyu Kliyu yang diadakan rutin sebagai wujud rasa syukur warga Dusun Kendal Lor dan Dusun Kendal Kidul, Kecamatan Jatipuro. Sebelum acara inti lempar apem dimulai, didahului dengan pagelaran wayang kulit.
Tepat pukul 24.00 WIB, acara Wahyu Kliyu dimulai dengan doa dipimpin pemuka agama desa setempat. Setelah selesai, ratusan warga berdiri mengelilingi wadah berbentuk kotak berukuran besar. Pelemparan itu dilakukan pertama kali oleh Bupati Karanganyar, Juliyatmono kemudian diiikuti masyarakat yang sudah membuat apem.
Kemudian, diikuti seluruh warga yang berlangsung kurang lebih 30 menit atau sebanyak 344 apem. Saat melempar kue apem yang berjumlah 344 potongan yang ditaruh di “tenggok”, mereka mengucapkan “Wahyu Kliyu” bersama-sama, secara berulang sampai potongan habis tak tersisa.
Setelah selesai, ribuan potongan apem yang berada ditengah kerumunan warga di tutup daun pisang, setelah beberapa saat doa-doa kembali dipanjatkan, lalu daun pisang dibuka dan potongan-potongan kue apem itu dibagi-bagikan untuk warga.
“Tradisi sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan warga kami yang dipegang terus menerus dan tetap dilestarikan,” kata sesepuh desa, Rakino.
Di acara tersebut, Bupati Karanganyar, Juliyatmono mengatakan Wahyu Kliyu ini merupakan adat budaya lokal sebagai keyakinan warga setempat. Selain itu, Bupati mengimbau adat itu jangan sampai diterjemahkan oleh pihak lain yang tidak suka.
“Bagi yang tidak suka, tidak usah melihat. Sebaiknya saling menghormati. Karena ini sebuah keyakinan agar guyub rukun hidupnya,” katanya. Wardoyo