SOLO– Arus globalisasi sudah semakin tidak terbendung masuk di Indonesia, apalagi disertai dengan perkembangan teknologi yang semakin canggih dan maju, dunia saat ini telah memasuki era revolusi industri 4.0 yang salah satu tekanannya adalah digitalisasi di semua lini kehidupan, atau yang lebih dikenal dengan fenomena disruptive innovation. Dalam rangka menghadapi fenomena tersebut UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan tema Pengembangan pengelolaan perpustakaan di era 4.0 pada Senin (29/10/2018) bertempat di Ruang Seminar UPT Perpustakaan UNS.
Kegiatan FGD diikuti oleh kepala atau pengelola perpustakaan se-Solo Raya, serta pengelola perpustakaan sekolah, perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan daerah se-Solo Raya. Adapun tujuan dari kegiatan ini ialah sebagai ruang berbagi ilmu dan pengalaman dari masing-masing perpustakaan, yang pada akhirnya akan saling bersinergi antar perpustakaan, sehingga diharapkan setelah kegiatan ini akan terwujud suatu wadah atau forum komunikasi perpustakaan se-Solo Raya.
Kegiatan ini mengadirkan tiga narasumber yaitu Kepala Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Kota Surakarta, Dra. Sis Ismiyati, M.M., Kepala UPT Perpustakaan IAIN Surakarta, Erland Cahyo Saputro, M.Hum., dan Kepala UPT Perpustakaan UNS, Dr. Muhammad Rohmadi, S.S., M.Hum., dengan dipandu oleh Pustakawan UNS, Drs. Widodo, M.Soc.Sc.
Dalam paparannya, Sis Ismiyati mengatakan bahwa ada beberapa kiat-kiat yang harus dijalankan oleh pengelola perpustakaan agar perpustakaan tidak semakin tergerus oleh dahsyatnya perkembangan globalisasi saat ini. Perpustakaan harus berani merubah mindset yang awalnya sebagai pusat informasi, saat ini harus berubah tidak hanya menjadi pusat informasi saja, tetapi harus sebagai pusat aktivitas. Perpustakaan harus siap berbenah diri, perpustakaan harus siap bertransformasi.
“Perpustakaan menjadi tempat untuk mempersiapkan pemustakanya menjadi penuh kemampuan (skillful) bukan hanya dengan teori (pengetahuan) semata, namun juga melalui praktikum, dengan aktivitas yang mendukung sesuai kreativitasnya” tandasnya.
Sementara itu, Erland Cahyo Saputro menambahkan dalam upaya menghadapi tantangan di era 4.0 ini adalah perpustakaan harus berani beradaptasi terhadap perkembangan teknologi saat ini, tidak menutup diri atas kemajuan teknologi, sebab perpustakaan memiliki peran penting sebagai pusat sumber ilmu pengetahuan. Sedangkan saat ini, masyarakat menginginkan informasi yang cepat dan mudah aksesnya.
Di sisi lain, Muhammad Rohmadi dalam kesempatan tersebut menyatakan bahwa kunci awal dalam menghadapi teknologi era 4.0 ini adalah dimulai dari pengelola atau pustakawannya. Pustakawan harus open minded terhadap kemajuan teknologi. Adapun kepemimpinan, kegigihan seorang pustakawan menjadi kunci awal keberhasilan dalam menghadapi era 4.0 ini.
“Perpustakaan harus aktif menjalin kerjasama dengan perpustakaan yang lain, karena perpustakaan pasti memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Dengan aktif menjalin kerjasama dan saling bersinergi antar perpustakaan, maka perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, sebagai pusat aktivitas dan sebagai pusat rekreasi akan semakin dapat dirasakan kemanfaatannya oleh masyarakat secara luas” tukasnya. Triawati PP