SOLO- Pertumbuhan ekonomi wilayah Soloraya diperkirakan mengalami peningkatan dan berada di kisaran 5,3%-5,7% (yoy) untuk tahun 2018 ini. Hal itu sejalan dengan kinerja ekonomi nasional dan Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Solo, Bandoe Widiarto, tingkat inflasi Kota Surakarta per November 2018 tercatat sebesar 2,99% (yoy) dan secara tahun kalender sebesar 1,87% (ytd). Inflasi tersebut bersumber dari seluruh kelompok disagregasinya, yaitu administered prices, core inflation dan kelompok vo/atrYe foods. Adapun komoditas yang paling sering muncul sebagai komoditas penyumbang inflasi terbesar antara lain telur ayam ras, tarif angkutan udara dan bensin.
“Secara tahunan infiasi Kota Surakarta masih relatif terkendali dan berada di bawah capaian Provinsi Jawa Tengah yang sebesar 3,10% (yoy) maupun nasional yang sebesar 3,23% (yoy), demikian pula dengan kab/kota lainnya di Wilayah Soloraya. Dengan kondisi tersebut, kami yakin inflasi Kota Surakarta khususnya sampai dengan akhir tahun 2018 akan berada di kisaran sasaran 3,5:1%,” urainya dalam Pertemuan Tahunan BI, Rabu (12/12/2018), di Gedung BI Solo.
Di sisi lain, Bandoe menambahkan, dari sisi stabilitas sistem keuangan (SSK), fungsi intermediasi perbankan (Bank Umum) di Wilayah Soloraya berjalan dengan cukup baik. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada bulan Oktober 2018 dapat tumbuh sebesar 13,25% (yoy), didorong oleh peningkatan deposito, namun cenderung melambat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
“Perlambatan tersebut juga diikuti dengan perlambatan penyaluran kredit perbankan (BU) menjadi sebesar 9,32% (yoy), dengan NPL sebesar 2,87%, berada di bawah batas indikatif Bank Indonesia. Sedangkan penyaluran kredit terhadap UMKM juga cukup baik, sebagaimana tercermin dari share-nya yang mencapai 32,75% dengan NPL yang juga masih terjaga di bawah 5%,” imbuhnya. Triawati PP