Beranda Daerah Sragen Kisah Pilu Kakek-Nenek 70 Tahun di Mondokan Sragen Yang Syok Kehilangan Rumahnya....

Kisah Pilu Kakek-Nenek 70 Tahun di Mondokan Sragen Yang Syok Kehilangan Rumahnya. Mendadak Amblas ke Dalam Sungai 

Kondisi rumah Mbah Rusman yang hancur diterjang longsor dan amblas ke sungai di Kedawung, Mondokan, Sabtu (3/2/2019) malam. Foto/Wardoyo
Kondisi rumah Mbah Rusman yang hancur diterjang longsor dan amblas ke sungai di Kedawung, Mondokan, Sabtu (3/2/2019) malam. Foto/Wardoyo

SRAGEN – Nasib tragis harus dialami pasangan suami istri ( pasutri ) Rusman (75) dengan Siti Kalimah (70). Kakek nenek asal Dukuh Kedawung RT 11, Desa Kedawung, Kecamatan Mondokan itu harus menerima kenyataan kehilangan sebagian bangunan rumahnya.

Rumah yang ditinggali mendadak ambrol diterjang longsor di sungai yang berada di belakang rumahnya. Beruntung, mereka masih bisa terselamatkan lantaran berada di ruang tengah dan berhasil menyelamatkan diri saat tanda-tanda ambrol mulai muncul.

Data yang dihimpun, insiden itu terjadi tadi malam, Sabtu (2/2/2019) pukul 18:15 WIB. Bangunan dan tanah terkena longsor dengan panjang sekitar 7 meter dan dengan kedalaman longsor 4,5 meter.

Menurut keterangan Rusman, bangunan yang amblas ke dalam sungai meliputi prabotan dapur, almari, bangunan rumah serta etalase. Sementara putranya, Muhammad Kurniawan (39) menuturkan sekitar pukul 14:00 WIB kamar mandi bagian belakang mulai terjadi retakan.

Baca Juga :  RSU Hastuti Sragen Resmi Dibuka oleh Bupati Yuni, Menjadi RS Ke-13 di Kabupaten Sragen

“Awalnya retak dibagian kamar mandi, tapi bisa di perbaiki, cuma belum selesai di perbaikan tadi kok malah ada suara kretek kretek brukkkkk. Sebagian bangunan rumah belakang terbawa longsor,” ujar Kurniawan, Minggu (3/2/2019).

Kurniawan juga menceritakan bahwa pada saat kejadian memang kondisi anggota keluarganya berada di rumah bagunan rumah depan, pada saat kejadian anggota keluarga pada lari kedepan rumah.

Akibat kejadian itu, ibu dan bapaknya sempat mengalami syok dan tak henti meratap.

“Disini ada 5 orang keluarga kami, setiap hari rumah ini untuk berdagang bakso dan tempat tinggal. Ibu dan Bapak saya sempat agal syok,” urainya. Wardoyo